Presidensi G-20 Indonesia Bahas Arsitektur Kesehatan Global

25 April 2022

JAKARTA – Negara-negara terlihat berbeda dalam hal tingkat pemulihan pandemi COVID-19, antara lain disebabkan oleh distribusi vaksin, peralatan kesehatan yang tidak merata, dan kurangnya dana yang dihadapi negara-negara miskin. Hal ini mencerminkan pentingnya mengatasi permasalahan arsitektur kesehatan global untuk memastikan tidak ada lagi celah yang tersisa bagi virus corona untuk membahayakan manusia.

Pentingnya arsitektur kesehatan global ditekankan oleh Presiden Joko “Jokowi” Widodo ketika beliau menyampaikan isu-isu ekonomi dan kesehatan global pada KTT G20 Roma tahun 2021.

Presiden Jokowi mendesak semua negara untuk memperkuat arsitektur kesehatan global untuk memastikan ketahanan masyarakat global terhadap pandemi apa pun di masa depan. Untuk mewujudkan aspirasi tersebut, Presiden menjelaskan tiga hal. Pertama, kebutuhan mendesak untuk menyiapkan mekanisme global untuk meningkatkan sumber daya kesehatan. Meliputi dana, vaksin, obat-obatan, alat kesehatan, dan tenaga kesehatan yang siap bekerja kapan saja untuk membantu suatu negara yang sewaktu-waktu menghadapi krisis kesehatan.

“IMF (Dana Moneter Internasional) memberi kita contoh bagaimana menggalang dana global untuk membantu negara-negara yang menghadapi kesulitan keuangan,” tambah Jokowi.

Dukungan keuangan internasional untuk masalah kesehatan dan perubahan iklim sangat berarti, menurut presiden.

Kedua, perlunya menyiapkan standar protokol kesehatan global terkait aktivitas lintas batas negara, termasuk protokol kesehatan perjalanan antar negara.

Ketiga, G20 harus menjadi bagian penting dalam solusi mengatasi kelangkaan dan kesenjangan vaksin, obat-obatan, dan alat kesehatan penting. Presiden menekankan bahwa G20 harus mengadvokasi keragaman produksi dan transfer teknologi ke negara-negara berkembang, menghilangkan hambatan perdagangan bahan dasar vaksin, mendukung Pengabaian TRIPS, terus mendorong vaksinasi dan dukungan fasilitas COVAX.

Menurut Presiden, penataan kembali arsitektur ketahanan kesehatan global harus bersifat inklusif dan konsisten menganut prinsip solidaritas, transparansi, dan kesetaraan.

Sejalan dengan pidato Jokowi pada G20 2021, arsitektur kesehatan global akan menjadi agenda kepresidenan Indonesia di G20.

Seorang pejabat pemerintah mengatakan jalan menuju pemulihan global memerlukan kerja sama kolektif yang lebih kuat yang menjamin kesetaraan standar kesehatan global dan kerja sama yang lebih erat untuk memastikan ketahanan komunitas global terhadap pandemi apa pun di masa depan.

Dampak global dari pandemi ini harus menjadi peluang bagi komunitas global untuk mulai bergandengan tangan.

Melalui Forum G20, Indonesia akan mendorong penguatan ketahanan kesehatan global dan membantu menjadikan sistem kesehatan global lebih inklusif, adil, dan responsif terhadap krisis.

Pembahasan mengenai arsitektur kesehatan global yang tangguh akan menjadi fokus dari serangkaian pertemuan kepresidenan G20 di Indonesia.

Mengatasi kesiapsiagaan pandemi dan mendorong infrastruktur transformatif pasca-COVID-19 akan dibahas melalui berbagai forum, yaitu Pokja Kesehatan, Satgas Keuangan dan Kesehatan Bersama, Pokja Pembangunan, Civil 20, Science 20 dan masih banyak lagi.

Sistem kesehatan global yang lebih baik

Sementara itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan sudah saatnya kita melakukan reformasi arsitektur kesehatan global yang bertujuan untuk menciptakan sistem kesehatan global yang lebih baik.

“Kami memainkan peran penting dalam membangun arsitektur kesehatan global demi generasi mendatang. Sangat jelas bahwa Presiden Jokowi berupaya untuk mewarisi reformasi arsitektur kesehatan global,” kata Budi pada acara T20 Inception Conference: Mewujudkan Pemulihan Inklusif Dari Pandemi COVID-19 pada 9 Februari lalu.

“Kita dapat mewariskan sistem kesehatan global yang lebih baik kepada generasi muda.”

Budi menyebutkan tiga komitmen yang dilakukan Indonesia terkait sistem kesehatan global.

Pada komitmen pertama, Indonesia mendorong negara-negara untuk mengembangkan mekanisme mobilisasi dan pengawasan global serta serangkaian data genom.

“Kami akan membuka platform untuk merespons ancaman kesehatan global saat ini dan di masa depan dalam hal penguatan. Kita memerlukan kapasitas untuk mencegah, mendeteksi, dan merespons pandemi ini secara efektif dengan cara yang sangat terkoordinasi,” jelas Budi.

Kedua, Indonesia memastikan bahwa kita dapat memiliki arsitektur kesehatan berstandar global yang berada di atas standar saat ini – lebih cepat dari sebelumnya. Penting untuk memastikan protokol yang komprehensif untuk menyelamatkan banyak nyawa.

“Kita harus sadar bahwa permasalahan modern memerlukan solusi inovatif. Bersama-sama kita dapat menyelaraskan standar kesehatan global, sebuah perjalanan standar dalam preferensi global yang akan memungkinkan pemulihan sosial dan ekonomi secara cepat, serta sistem aplikasi digital informasi kesehatan yang diakui bersama lintas batas negara.

“Ketiga, Indonesia dapat memperluas dan memastikan redistribusi pusat manufaktur global dan sumber daya global yang setara untuk pencegahan, kesiapsiagaan dan respons primer serta genom.”

Ahli epidemiologi di Griffith University, Australia, Dicky Budiman mengungkapkan, sistem ketahanan kesehatan global yang ada telah menjadi bagian dari regulasi kesehatan internasional (IHR) sejak tahun 2005. Sistem ini memiliki landasan yang kuat untuk menangani krisis kesehatan yang tidak terduga seperti pandemi COVID-19. , dia berkata.

“Namun, masalahnya adalah sistem tersebut belum diterapkan dengan baik, dan akibatnya, tidak ada satu negara pun yang siap menghadapi krisis kafir ketika pandemi ini melanda dunia,” katanya kepada radio Voice of America (VOA). stasiun, kata. .

Menurutnya, IHR memiliki celah yang perlu diperbaiki.

“Misalnya poin-poin pentingnya deteksi dini dan cara kerja sama antar negara, termasuk isu pembatasan penerbangan udara antar negara, tertuang dalam IHR namun tidak dilaksanakan,” ujarnya.

Oleh karena itu, katanya, akan lebih baik untuk memperkuat arsitektur ketahanan kesehatan global yang sudah ada yang dituangkan dalam IHR pascapandemi COVID, daripada menyiapkan yang baru, yang memerlukan persetujuan banyak negara.

Industri layanan kesehatan digital atau e-health mempunyai peluang besar untuk berkembang di tengah pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia.

Layanan digital kesehatan

Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate meminta para pelaku industri e-health untuk berkolaborasi dan memanfaatkan peluang yang ditawarkan oleh presidensi G20 Indonesia.

Pertumbuhan ekonomi digital Indonesia di masa pandemi COVID-19 tidak terlepas dari kehadiran layanan digital.

“Selama pandemi, layanan kesehatan digital telah membuka akses kepada lebih banyak masyarakat sehingga semakin inklusif. Oleh karena itu saya meminta seluruh mitra di bidang kesehatan untuk mencapai kerja sama dan sinergi,” kata Menkeu pada Digital Economic Forum ketiga yang diselenggarakan pada 11 November 2021 di Jakarta.

Menurut menteri, valuasi ekonomi digital diperkirakan mencapai Rp 1 triliun (US$70 miliar) pada tahun 2021. Diperkirakan akan tumbuh menjadi $146 miliar pada tahun 2025.

Kesehatan mempunyai potensi yang besar, termasuk kesehatan elektronik.

Hal ini menjelaskan mengapa kita perlu mengadakan pertemuan untuk mendapatkan masukan dari industri agar kebijakan yang dirancang benar-benar dapat berpihak pada industri yang sedang berkembang, termasuk industri e-health, untuk meningkatkan pelayanan kita kepada masyarakat, ujarnya. .

Melalui pertemuan-pertemuan tersebut, para pelaku industri dapat berkomunikasi dan berkoordinasi dengan pemerintah, kata Menkeu.

Result SGP

By gacor88