5 Desember 2022
JAKARTA – Produsen kendaraan listrik (EV) yakin rencana subsidi pembelian mobil listrik dan sepeda motor listrik akan mendorong penjualan EV di Indonesia.
Tenggono Chuandra Phoa, Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo), mengatakan kepada The Jakarta Post pada hari Kamis bahwa subsidi akan meningkatkan tingkat adopsi kendaraan listrik secara signifikan.
Menurut Tenggono, dengan asumsi harga sepeda motor listrik adalah Rp 22 juta (US$1.425), rencana subsidi pembelian sebesar Rp 6,5 juta per kendaraan akan mengurangi harga sepeda motor listrik hingga lebih murah dibandingkan harga sepeda motor bertenaga bahan bakar serupa, yang biasanya harganya sekitar Rp 18 juta.
“Tantangannya saat ini adalah merumuskan pedoman teknis yang paling (efektif) untuk memastikan subsidi tepat sasaran dan pencairannya benar-benar transparan kepada publik,” tambahnya.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan mengatakan pemerintah sedang mematangkan skema subsidi pembelian sekitar Rp 6,5 juta per sepeda motor listrik untuk mendorong penjualan di seluruh Tanah Air. Dia menambahkan bahwa skema subsidi pembelian serupa untuk mobil sedang dipertimbangkan, namun tidak memberikan rinciannya.
“Jika Anda ingin menukar sepeda motor (bertenaga bahan bakar) Anda dengan sepeda motor listrik tahun depan, lakukanlah. Nanti dapat subsidi,” kata Luhut dalam forum perbankan yang diselenggarakan media online Katadata dan disiarkan langsung pada 29 November.
Di tengah tingginya harga bensin dan solar, pemerintah telah mendorong adopsi kendaraan listrik secara lebih cepat secara nasional, dengan tujuan agar setidaknya 1,2 juta sepeda motor listrik dan 35.000 mobil listrik dapat beredar di jalan pada tahun 2024.
Awal tahun ini, mereka mengumumkan tujuan untuk meningkatkan jumlah pemilik mobil listrik menjadi 500.000 dalam waktu empat tahun. Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah mengeluarkan arahan presiden pada bulan September agar semua lembaga negara dan kantor regionalnya beralih ke kendaraan listrik dan perusahaan listrik milik negara PLN untuk meningkatkan jumlah stasiun pengisian daya di seluruh negeri.
Namun, perjalanan negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara ini masih panjang untuk mencapai ambisi kendaraan listriknya.
Taufiek Bawazier, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian, mengatakan pada 9 November bahwa hanya 3.317 kendaraan listrik roda empat, 21.668 kendaraan roda dua, dan 274 kendaraan roda tiga di seluruh dunia. jalan negara mulai 8 September.
Kelompok industri mengatakan permintaan kendaraan listrik meningkat, namun volume penjualan masih rendah dibandingkan dengan mobil bertenaga bensin di antara 270 juta penduduk, hal ini disebabkan oleh tingginya harga kendaraan listrik.
Gilarsi W. Setijono, presiden direktur PT VKTR Teknologi Mobilitas, cabang manufaktur kendaraan listrik milik konglomerat Bakrie & Brothers, mengatakan hambatan terbesar dalam penerapan kendaraan listrik adalah kesenjangan harga antara kendaraan listrik dan kendaraan bertenaga bahan bakar.
Baterai terus menjadi komponen yang sangat mahal, dan meskipun harganya telah turun secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir, inovasi lebih lanjut diperlukan untuk membuat kendaraan listrik lebih terjangkau dan menarik bagi konsumen. Upaya penelitian dan pengembangan saat ini berfokus pada penyesuaian komposisi kimia baterai untuk meningkatkan jangkauan EV dan mengurangi biaya produksi.
“Saya memperkirakan subsidi (pembelian) kendaraan listrik akan meningkatkan tingkat adopsi kendaraan listrik di Indonesia secara signifikan. Industri sangat mengapresiasi langkah ini,” katanya kepada Post saat wawancara pada hari Jumat.
Gilarsi juga menyarankan agar pemerintah dapat mempertimbangkan penerapan subsidi pembelian kendaraan listrik serta keringanan pajak impor kendaraan listrik untuk meningkatkan permintaan domestik.
Ketika ditanya tentang hambatan apa pun dalam menerapkan kebijakan-kebijakan tersebut secara bersamaan, ia mengatakan bahwa kemauan para pemangku kepentingan “untuk mewujudkannya sangatlah penting”.
Abrar Aulia, analis industri dan regional di Bank Mandiri, mengatakan subsidi pembelian sebesar Rp 6,5 juta akan meningkatkan penjualan sepeda motor listrik secara signifikan. Namun, ia mengatakan besaran subsidi tidak boleh sama untuk semua sepeda motor listrik karena setiap model memiliki harga yang bervariasi antara Rp 10 juta hingga Rp 40 juta.
“Selain dari sisi produk, perlu dipertimbangkan siapa yang berhak menerima subsidi terkait dengan belanja pemerintah,” ujarnya, Jumat.
Jakarta tertarik untuk mengembangkan industri kendaraan listrik dan baterai kendaraan listrik (EVB) dalam negeri setelah melarang ekspor bijih nikel pada tahun 2020 untuk memastikan bahan baku memiliki pasokan yang cukup untuk menarik investor ke industri pengolahan.
Negara ini telah menurunkan pajak penjualan kendaraan listrik dan mobil hybrid sejak 2019.
“Pemangku kepentingan harus mempertimbangkan jumlah (sepeda motor listrik) yang dapat diproduksi di dalam negeri,” kata pakar otomotif Bebin Djuana, yang juga seorang eksekutif di sebuah produsen mobil besar, kepada Post pada hari Kamis, karena kapasitas produsen kendaraan listrik lokal saat ini “tidak dapat memenuhi kebutuhan mereka. sejalan dengan target pemerintah”.
Sedangkan besaran subsidinya harus disesuaikan dengan APBN, tambahnya.