2 April 2018
Wen Myint, sekutu Suu Kyi dan presiden baru Myanmar.
Parlemen Myanmar telah menunjuk Win Myint, pendukung kuat pemimpin de facto dan peraih Nobel Aung San Suu Kyi, sebagai presiden baru negara tersebut.
Win Myint mengalahkan dua wakil presiden terpilih lainnya, Myint Swe dan Henry Van Thio, dalam pemungutan suara di Parlemen pada Rabu (28 Maret), dengan meraih 403 dari 636 suara.
Saya berjanji akan melakukan yang terbaik untuk menjalankan tugas bagi publik, kata Win Myint kepada wartawan setelah pemilu, menurut Eleven Media.
Penunjukannya terjadi seminggu setelah mantan presiden Htin Kyaw mengundurkan diri karena alasan kesehatan.
Seperti banyak anggota Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) pimpinan Suu Kyi, karier Win Myint di dunia politik merupakan jalan yang penuh tantangan dan hambatan. Lahir di Danubyu di wilayah Ayeyarwady Myanmar, Win Myint belajar geologi di Universitas Yangon, yang sebelumnya dikenal sebagai Universitas Seni dan Sains Rangoon. Ia menjadi advokat Mahkamah Agung pada tahun 1985 sebelum mengalihkan perhatiannya ke politik.
Pada tahun 1988, tokoh oposisi Win Myint dipenjara karena perannya dalam pemberontakan yang gagal di Yangon, di mana ratusan pengunjuk rasa turun ke jalan untuk menuntut diakhirinya kekuasaan militer.
Setelah dibebaskan, Win Myint berhasil mencalonkan diri dalam pemilu bersejarah tahun 1990 di mana NLD memenangkan 392 dari 492 kursi parlemen, namun hasilnya tidak diakui oleh militer.
Win Myint kembali ke dunia politik pada pemilihan sela tahun 2012, memenangkan kursi majelis rendah di daerah pemilihan Pathein. Pada pemilu 2015, yang menghasilkan kemenangan telak bagi NLD, ia terpilih sebagai anggota parlemen kotapraja Tamwe. Ia menjadi Ketua House of Commons pada tahun 2016 dan menjabat hingga pengunduran dirinya pada Rabu lalu (21 Maret).
Dia adalah salah satu pembantu terpercaya Suu Kyi dan bekerja erat dengan pemimpin oposisi, baik di parlemen maupun dalam urusan partai, menurut Myanmar Times.
Terlepas dari perannya dalam pemerintahan, kekuasaan diperkirakan sebagian besar akan tetap berada di tangan Suu Kyi, yang berperan sebagai penasihat negara.
Ditempatkan dalam tahanan rumah selama 15 tahun oleh militer, yang masih memegang kekuasaan besar, Suu Kyi tidak dapat mengambil peran sebagai presiden karena mendiang suami dan anak-anaknya adalah warga negara asing.
Penasihat negara tersebut mendapat kecaman dari komunitas internasional atas krisis Rohingya yang sedang berlangsung, yang menyebabkan sekitar 700.000 anggota etnis minoritas Muslim melarikan diri dari negara tersebut karena tindakan keras militer yang brutal di negara bagian Rakhine utara.