Prospek jangka panjang sektor logistik Indonesia

15 Maret 2023

JAKARTA – Industri logistik menjadi motor penggerak perekonomian nasional. Transportasi logistik menjadi salah satu penopang kebangkitan perekonomian yang saat ini sedang terpuruk akibat pandemi COVID-19.

Logistik berkaitan dengan pergerakan barang atau jasa, energi dan sumber daya alam lainnya dari asal hingga akhir penggunaan, termasuk perolehan, pemeliharaan, distribusi dan penyediaan (untuk menggantikan peralatan dan sumber daya manusia).

Melalui Instruksi Presiden No. 5/2020 tentang Peraturan Ekosistem Logistik Nasional, pemerintah telah menyusun rencana aksi untuk meningkatkan kinerja logistik nasional, memperbaiki iklim investasi, dan meningkatkan daya saing perekonomian nasional.

Reformasi sistem logistik nasional bertujuan untuk menurunkan biaya logistik dari 24 persen menjadi 17 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2024. Langkah strategis pemerintah adalah meningkatkan efisiensi pelabuhan untuk menekan biaya logistik nasional.

Menurut studi Bank Dunia pada tahun 2014, biaya logistik transportasi laut di Indonesia menyumbang 2 persen hingga 3 persen terhadap harga barang di tingkat konsumen, sementara biaya menunggu di pelabuhan akibat waktu tunggu (dwell time) jauh lebih tinggi dengan kontribusi sebesar 6 persen terhadap 15 persen dari harga barang.

Ada beberapa terobosan di bidang transportasi logistik. Pemerintah telah membangun 11 pelabuhan penyeberangan dari target 36 pelabuhan pada tahun 2024. Optimalisasi program tol laut juga terus dilakukan. Saat ini terdapat 32 kapal yang beroperasi, melayani 32 rute dan singgah di 114 pelabuhan, termasuk di Provinsi Papua dan Papua Barat.

Infrastruktur transportasi udara juga terus ditingkatkan. Pemerintah menargetkan pembangunan 10 bandara baru yang melayani 43 jalur udara pada akhir tahun 2024.

Peningkatan transportasi logistik yang terintegrasi dan terkonsolidasi dapat dilakukan melalui peningkatan fasilitas transportasi logistik pelabuhan, optimalisasi digitalisasi layanan logistik, penyediaan moda transportasi pangan strategis dan kerja sama lintas sektor.

Negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, memerlukan upaya holistik untuk meningkatkan daya saing sektor logistiknya, termasuk perbaikan terkait logistik seperti kepabeanan, infrastruktur, kualitas penyedia jasa logistik, ketepatan waktu serta sistem tracking dan tracing.

Di antara indikator-indikator tersebut, berdasarkan data indeks kinerja logistik Bank Dunia tahun 2018, skor terendah bagi Indonesia adalah pada indikator kepabeanan, sedangkan pada indikator ketepatan waktu, Indonesia memiliki skor yang sama dengan Vietnam. Namun kualitas penyedia jasa logistik Indonesia berada di bawah Vietnam dan Malaysia.

Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia harus mengadopsi pendekatan logistik yang lebih terintegrasi, termasuk mengoptimalkan sistem transportasi, meningkatkan sektor keuangan dan meningkatkan sektor pergudangan untuk memastikan efisiensi di seluruh rantai pasokan.

Peluang untuk meningkatkan perdagangan Indonesia juga semakin besar, didorong oleh peningkatan aktivitas e-commerce. Hal ini tentu saja menunjukkan pentingnya percepatan transformasi digital yang mencakup seluruh sektor terkait logistik.

Dalam jangka panjang, visi Indonesia Emas 2045 bertujuan untuk membuka peluang bagi industri pelayaran dalam negeri untuk meningkatkan kapasitas seiring dengan kinerja ekspor dan impor yang optimal. Kondisi ini memungkinkan industri logistik untuk meningkatkan kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan ekspor impor yang terus meningkat. Industri maritim dan pelayaran Indonesia harus meningkatkan kapasitas kapal hingga 4,6 kali lipat dari kondisi saat ini untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045.

Dengan asumsi target yang ditetapkan pemerintah terealisasi. Dengan demikian, total nilai dan volume perdagangan Indonesia diperkirakan akan tumbuh masing-masing sebesar 6,8 kali lipat (dari US$305 miliar menjadi $2.064 miliar) dan 5,3 kali (732 juta metrik ton menjadi 3.862 juta metrik ton) pada tahun 2045 dibandingkan tahun 2020.

Perusahaan pelayaran Samudera Indonesia menghitung untuk mencapai target nilai dan volume perdagangan internasional pada tahun 2045, Indonesia membutuhkan kapasitas kapal sebesar 225 juta DWT pada tahun 2045 dibandingkan 49 juta DWT pada tahun 2022.

Untuk mencapai tujuan logistik jangka panjang, infrastruktur pendukung harus dipersiapkan secara matang. Infrastruktur memainkan peran penting dalam menentukan kinerja logistik suatu negara. Kegiatan utama logistik, yang meliputi transportasi dan pergudangan, memerlukan infrastruktur bandara, pelabuhan laut, jalan raya, kereta api dan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).

Selain menjadi faktor penting dalam bidang logistik, kualitas infrastruktur ini menjadi daya tarik bagi investor dalam pembangunan pabrik, pengembangan usaha, dan kegiatan perdagangan. Buruknya kualitas infrastruktur logistik menjadi salah satu penyebab tingginya biaya logistik.

Peningkatan kualitas infrastruktur logistik merupakan faktor penting dalam kinerja logistik nasional. Banyak ekonom dunia yang meyakini bahwa pada tahun 2030 Indonesia akan menjadi salah satu dari lima negara teratas dunia dalam hal perekonomian. Potensi india di kawasan ASEAN yang terus berkembang terletak di antara kekuatan ekonomi Tiongkok dan India serta e-commerce yang berkembang pesat.

Pemerintah juga berupaya meningkatkan iklim usaha yang kondusif, penyampaian layanan logistik yang transparan, persaingan usaha yang sehat, penyederhanaan skema dan pengaturan layanan logistik agar tidak membebani masyarakat, serta memastikan arah kebijakan layanan logistik yang baik dan kebijakan yang mengutamakan kepentingan. profesionalisme. Kehadiran sektor jasa logistik yang berkualitas dan kuat secara otomatis akan menjamin kesejahteraan masyarakat.

*****

Penulis adalah seorang analis di Bank Mandiri.

sbobet terpercaya

By gacor88