6 Januari 2022

Departemen Perikanan Johor berencana meluncurkan 10 peternakan kerang tahun ini, yang sebagian besar berpusat di Pontian.

Hal ini merupakan bagian dari inisiatif pemerintah negara bagian untuk mengubah distrik Pontian menjadi pusat kerang nasional.

Zainudin Abd Wahab, Direktur Departemen, mengatakan proyek tersebut akan dilakukan secara bertahap dengan maksimal 15 nelayan untuk setiap budidaya kerang.

Dia mengatakan pemerintah negara bagian telah mengalokasikan RM500.000 untuk program dua tahun tersebut.

“Dinas Pertanahan dan Pertambangan Johor (PTG) memberi lampu hijau kepada kami.

Seorang nelayan memilah kerang yang baru ditangkap berdasarkan ukurannya di Pulai Sebatang, Pontian.

“Kami sedang mencari total 15 plot, dengan 10 plot dimulai tahun ini.

“Kami akan mulai dua bidang tanah di Pontian pada kuartal pertama tahun ini, disusul dua bidang tanah di Muar, tiga bidang tanah di Batu Pahat, dan tiga bidang lainnya juga di Pontian,” ujarnya.

Ia menambahkan, lima petak tambahan juga akan dibangun di Pontian tahun depan.

Zainudin mengatakan luas tiap petak akan sekitar 30ha. Perluasan industri perikanan

Inisiatif ini diumumkan oleh Mentri Besar Datuk Hasni Mohammad saat pidato Anggaran Johor 2022 November lalu.

Saat ini, pihaknya sedang dalam tahap pembahasan akhir dengan kantor pertanahan terkait pemberian izin bekerja sementara (TOL) kepada nelayan terkait.

Pihaknya juga sedang menyelesaikan daftar peserta untuk keseluruhan program.

“Yang lebih penting, kami sudah memiliki lokasi untuk mengelola proyek dan telah mengidentifikasi petani kerang yang akan memulai inisiatif ini di Pontian.

“Berhasil tidaknya proyek ini akan bergantung pada kemauan peserta karena merekalah yang memegang kendali penuh dari awal hingga akhir.

“Ini bagian dari program myKomuniti Perikanan (myKP),” kata Zainudin seraya menambahkan bahwa program ini akan menjadi pilot project selama dua tahun.

MyKP diluncurkan oleh Kementerian Pertanian dan Industri Berbasis Agro pada tahun 2018 untuk memperluas industri perikanan.

Situs web Departemen Perikanan menyatakan bahwa hingga 21 Maret, 153 myCP telah dibentuk.

Hairul Salleh (kanan) mengoperasikan tangki pembersih bersama Dawik. — THOMAS YONG/Bintang

Zainudin mengatakan proyek ini bisa memakan waktu hingga 12 bulan untuk menunjukkan hasilnya karena hanya petani kerang penuh waktu yang boleh berpartisipasi.

“Kami akan memulai dengan membersihkan dasar lokasi budidaya kerang sebelum menebar benih.

“Biayanya minimal karena ini sudah menjadi tempat berkembang biaknya kerang secara alami.

“Sejak saat itu, setiap petani akan bertanggung jawab untuk melindungi lahannya, terutama dari pencurian.

“Mereka tidak bisa mengharapkan lembaga pemerintah untuk berpatroli di wilayah ini 24 jam sehari.

“Tapi karena mereka tergabung dalam myKP, mereka bisa melaporkan aktivitas mencurigakan di wilayahnya,” ujarnya seraya menambahkan bahwa para nelayan akan menjadi mata dan telinga departemen tersebut.

Zainudin mengatakan kerang dianggap “emas hitam” secara lokal dan hanya dapat berkembang biak di negara bagian tertentu selain Johor, yaitu Perak, Selangor dan Melaka.

“Kami ingin memperluas industri ini karena saat ini kami tidak mempunyai cukup produk untuk konsumsi lokal.

“Jadi melalui proyek ini kami berharap dapat meningkatkan laju produksi dan mungkin mengekspor kerang ke negara tetangga seperti Singapura dan Thailand,” ujarnya.

Potensi besar dalam industri yang sedang berkembang

Zainudin menyoroti, tahun lalu Departemen Kelautan mencatat lebih dari 628 metrik ton kerang, hampir lima kali lipat jumlah yang dipanen pada tahun 2020 (146 metrik ton), sedangkan pada tahun 2019 sebesar 179 metrik ton.

“Jadi, jelas ada potensi besar untuk mengembangkan industri ini, dan kami berharap proyek ini bisa menjadi titik awal,” ujarnya.

“Pasar kerang semakin berkembang. Sekitar 30 tahun yang lalu, 70 kg hanya bisa berharga R35, namun orang masih berpikir dua kali untuk membelinya.

“Namun saat ini harganya bisa naik 10 kali lipat karena permintaan moluska terus meningkat,” ujarnya.

Nelayan Dawik Mohammad Ali (58) mengenang masa-masa awal memanen kerang, mengatakan di Ayer Baloi, Pontian banyak sekali kerang, namun saat itu tidak banyak orang yang memakannya.

“Saya harus memohon kepada orang-orang untuk membelinya dari saya karena kerang bukanlah menu utama pada saat itu,” katanya.

Seiring berjalannya waktu, permintaan kerang semakin meningkat dan tanpa disadari, ada sekitar 14 nelayan yang “bersaing” melawannya di pasar.

“Dulu kami hanya segelintir orang, dan ‘tauke’ (pemilik pasar) Batu Pahat hanya membeli tas seberat 70 kg sehari.

“Tetapi kemudian pasar berkembang, dan saya tidak lagi mempunyai kekuatan untuk memasok 70 kg sehari sendirian, jadi saya meminta teman-teman saya untuk memanen kerang saja,” kata Dawik, yang merupakan kepala myKP di Ayer Baloi.

Ia mengaku bisa dengan mudah mendapatkan 70 kg kerang di pagi hari, menjualnya di sore hari, dan mengembalikannya di malam hari, seraya menambahkan bahwa hal tersebut kini menjadi rutinitasnya.

Dawik mengatakan, harga satu kilogram kerang saat ini bisa mencapai R10, tergantung ukurannya.

Praktik berkelanjutan

Menurut Dawik, masa panen kerang biasanya pada bulan September hingga Desember, sedangkan masa penetasan pada bulan Januari hingga Juni.

“Kami biasanya baru panen pada bulan Agustus, karena jika tidak, ukuran kerang akan terlalu kecil untuk dikonsumsi.

“Kami hanya bisa memanen setelah mendapat izin dari Lembaga Penelitian Perikanan dan Departemen Perikanan Johor,” katanya sambil menambahkan bahwa izin panen hanya akan dikeluarkan pada periode tersebut.

Saat ini nelayan di Ayer Baloi yang menggeluti usaha kerang berjumlah 34 orang dan masing-masing hanya diperbolehkan memanen maksimal 100 kg per hari.

“Kami ingin memastikan sumber daya alam ini berkelanjutan dan tidak dipanen secara berlebihan,” kata Dawik.

Ia mengungkapkan, ada enam tempat pemanenan kerang lainnya di Pontian, yakni Tampok, Benut, Sanglang, Pulai Sebatang, Api-Api, dan Pontian Besar.

Mengenai proyek budidaya kerang yang dilakukan oleh Departemen Perikanan Johor, dia menyatakan harapan bahwa departemen tersebut akan mengatasi masalah pencurian.

Proposisi win-win untuk semua orang

Kepala Pulai Sebatang MyKP Ismail Mohd Hassan (50) mengatakan diperlukan lebih banyak keterlibatan antara pemerintah negara bagian, Departemen Perikanan Johor dan nelayan di Pontian dalam proyek kerang.

“Kami ingin membantu memastikan bahwa proyek percontohan ini berhasil, karena ini akan menjadi situasi yang saling menguntungkan bagi semua orang.

“Proyek ini merupakan sesuatu yang baru, tidak hanya bagi para nelayan, tetapi juga bagi departemen dan pemerintah.

“Biasanya jika ada sesuatu yang baru, akan ada kendala dalam prosesnya, dan beberapa masalah mungkin memerlukan intervensi pemerintah,” katanya.

Ismail Mohd menambahkan bahwa memperluas industri kerang di Pontian dan mengubahnya menjadi produk agrowisata akan berdampak baik bagi kabupaten tersebut.

Sementara itu, nelayan Hairul Salleh Md Tahir (50) bertanggung jawab atas pengoperasian sistem tangki pembersih kerang yang disebut “Molluscure”.

“Sistem ini dikembangkan oleh Universiti Teknologi Malaysia (UTM) dan telah digunakan oleh komunitas nelayan di sini sejak tahun 2016 untuk membersihkan kerang yang dipanen.

“Tangki pembersih membantu menghilangkan logam beracun dari kerang,” katanya, menjelaskan bahwa prosesnya bisa memakan waktu hingga tiga jam untuk dua ton kerang.

Dia menambahkan, air hujan, reagen cuka, dan garam laut digunakan selama proses pembersihan.

Selain kerang, departemen perikanan negara bagian juga merencanakan proyek budidaya lobster.

situs judi bola

By gacor88