16 Juni 2022

BANGKOK – RUU kesetaraan pernikahan yang diajukan oleh Partai Move Forward yang memperbolehkan pernikahan sesama jenis disahkan pada hari Rabu meskipun ada upaya tanpa henti dari pemerintah untuk menolaknya.

TRUU tersebut disahkan pada pukul 16:21 dengan 210 suara berbanding 180 setelah banyak anggota parlemen oposisi bergantian berdebat untuk mendukungnya sejak pukul 11:50.

Dua belas anggota parlemen abstain sementara empat lainnya tidak memberikan suara. Sebanyak 406 anggota parlemen hadir saat pemungutan suara dilakukan.

RUU tersebut dirancang oleh Tunyawaj Kamolwongwat, anggota parlemen dari daftar partai Move Forward.

Semula pembahasannya akan dilakukan pada bulan Maret, namun Kabinet meminta DPR menunda agar pemerintah dapat membahasnya terlebih dahulu. Namun Kabinet kemudian menolaknya dengan alasan Kementerian Kehakiman memiliki konsep serupa dan lebih baik yang disebut RUU Kemitraan Sipil.

Pada Rabu pagi, ketika DPR akan melakukan pemungutan suara terhadap RUU Kesetaraan Perkawinan, koalisi meminta DPR untuk menunda pemungutan suara tersebut, dengan mengatakan bahwa pemerintah mengajukan dua rancangan alternatif untuk dipertimbangkan oleh DPR.

Koalisi cambuk mengatakan pemerintah mensponsori RUU Kemitraan Sipil dan RUU untuk mengubah KUH Perdata dan Komersial sejalan dengan pendaftaran kemitraan sipil.

Koalisi sebelumnya mengungkapkan strateginya bahwa mereka akan mematikan RUU kesetaraan pernikahan ketika DPR diminta untuk memberikan suara pada RUU individu.

DPR diminta melakukan pemungutan suara terhadap empat rancangan undang-undang dan menerima semuanya. Draf lainnya adalah versi berbeda dari RUU kemitraan sipil yang disponsori oleh anggota parlemen dari partai Demokrat, Issara Sereewattanakul.

RUU kemitraan sipil Kabinet disahkan dengan perbandingan 229 berbanding 166, sedangkan versi Issara disahkan dengan perbandingan 251 berbanding 123, sedangkan RUU pemerintah untuk mengubah hukum perdata disahkan dengan perbandingan 230 berbanding 169.

Pengamat menyebut lolosnya pembacaan pertama RUU Kesetaraan Perkawinan hanyalah rintangan pertama. RUU tersebut belum diperiksa oleh panitia khusus DPR, bersama dengan dua RUU kemitraan sipil dari pemerintah dan anggota parlemen dari Partai Demokrat serta RUU amandemen KUH Perdata.

Para pengamat mengatakan pemerintah dapat menggunakan mayoritas suara di dewan ad hoc untuk mengubah isi RUU oposisi selama pemeriksaan.

Selama pemungutan suara untuk mendukung RUU Kesetaraan Pernikahan, anggota parlemen Partai Move Forward Natthapong Ruangpanya (Bangkok) meminta izin dari Wakil Ketua DPR Supachai Phosu, yang memimpin rapat, untuk menayangkan klip video komentar masyarakat yang mendukung RUU tersebut. . Namun Supachai tidak mengizinkan video tersebut diputar.

Maju Maju Anggota parlemen Rangsiman Roma (daftar partai) mengatakan dalam debat bahwa RUU kesetaraan pernikahan tidak akan membuat negara menjadi lebih miskin, namun akan menciptakan kesetaraan seksual.

“Saya tidak mengerti resolusi koalisi untuk mematikannya,” kata Rangsiman.

Ia mengatakan, jika DPR tidak menerima hal tersebut, masyarakat akan menuntut penjelasan kepada anggota parlemen saat ini di masa mendatang.

“Tolong sahkan RUU ini dan lakukan hal yang benar karena Anda semua tidak bisa lagi menghentikan perubahan tren dunia ini,” kata Rangsiman.

Ketika anggota parlemen oposisi berdebat untuk mendukung RUU tersebut, anggota parlemen Move Forward mengibarkan bendera warna-warni dan mereka juga membentangkan spanduk bertuliskan “kita ada di mana-mana” dalam bahasa Inggris dan “kualitas pernikahan” dalam bahasa Thailand.

Natthanun Assawalertsak, pejabat komite perancang undang-undang Dewan Negara, mewakili panel untuk membela RUU kemitraan sipil pemerintah selama perdebatan.

Dia mengatakan Dewan Negara mengadakan dengar pendapat publik dan menyampaikan hasilnya kepada pemerintah. Dia mengatakan, dewan khawatir RUU Kesetaraan Perkawinan akan menimbulkan komplikasi hukum, karena pada saat yang sama juga berupaya untuk mengubah hukum perdata dan akan berdampak pada beberapa undang-undang lain yang sudah ada.

Natthanun mengatakan RUU Kemitraan Sipil akan memiliki penegakan serupa, namun akan menimbulkan komplikasi hukum yang jauh lebih sedikit dibandingkan RUU Kesetaraan Pernikahan.

Tunyawaj, sponsor RUU tersebut, menyampaikan pidato penutupan DPR dengan penuh air mata.

Ia mengatakan, kondisinya yang “cacat” itu tidak diterima sejak ia masih muda, itulah sebabnya ia datang ke DPR untuk memperkenalkan RUU Kesetaraan Perkawinan.

“Mengapa kita harus pindah lebih lambat dari yang lain? Apakah kita takut akan kemajuan dan perubahan?” kata Tunyawaj.

“Saya ingin meminta DPR menerima empat konsep tersebut dan itu adalah kemenangan rakyat, bukan kemenangan partai tertentu. Kita tidak perlu takut dengan perubahan. Kita harus maju bersama-sama.”

Setelah pemungutan suara dilakukan, Rangsiman menulis di Twitter bahwa dia senang RUU tersebut disahkan.

“Tapi kita harus memantaunya saat seleksi dan pembacaan kedua dan ketiga (serta saat musyawarah senator),” tulisnya.

Anggota parlemen Pheu Thai, Thassanee Buuranupakorn, juga mengunggah di Twitter bahwa dia menyetujui RUU tersebut.

“DPR pada prinsipnya menerimanya. Ini adalah tonggak sejarah bagi Thailand untuk benar-benar membuat semua orang setara,” katanya.

demo slot

By gacor88