17 Agustus 2022
NEW DELHI – Perdana Menteri Narendra Modi dalam Pidato Hari Kemerdekaannya yang ke-76 menyoroti strategi selama 25 tahun untuk menjadikan India sebagai negara dengan perekonomian maju. Ini adalah serangkaian strategi yang disebut ‘Panch Pran’. India yang maju atau Aatmanirbhar Bharat (India Swasembada) tidak dapat dibayangkan tanpa porsi energi terbarukan yang lebih besar dan pencapaian tujuan perubahan iklim. Dalam jalur ini, RUU Konservasi Energi (Amandemen) merupakan salah satu langkah yang diamanatkan oleh Lok Sabha pada 8 Agustus 2022 dan memenuhi visi Aatmanirbhar Bharat.
Apa itu RUU Konservasi Energi (Amandemen)?
RUU saat ini merupakan amandemen terhadap Undang-undang Konservasi Energi tahun 2001 yang mengarah pada pembentukan Biro Efisiensi Energi, sebuah badan pemerintah yang bertanggung jawab atas pengembangan dan implementasi kebijakan dan program konservasi energi di India.
RUU amandemen baru ini akan menggantikan amandemen sebelumnya dengan misi baru untuk mengatasi perubahan iklim dan pemanasan global. Ini mencakup varian berikut sebagai
1. RUU baru ini mengharuskan penggunaan bahan bakar non-fosil untuk energi seperti hidrogen hijau, amonia hijau, biomassa dan etanol.
2. Ciri penting lainnya dari RUU ini adalah bahwa RUU ini menyerukan penciptaan pasar kredit karbon di India. India telah menciptakan hampir 30 juta kredit karbon, yang merupakan jumlah transaksi terbesar kedua secara global, menurut sebuah studi yang dilakukan oleh Dewan Promosi Perdagangan India (TPCI).
3. RUU Amandemen ini juga memperluas cakupan Peraturan Bangunan Konservasi Energi (ECBC), yang pertama kali diluncurkan pada tahun 2007, yang merupakan upaya pertama Pemerintah India untuk mengatasi efisiensi energi di sektor bangunan komersial.
4. Menurut RUU amandemen, struktur perkantoran dan perumahan yang memenuhi persyaratan di atas juga akan tunduk pada kode konstruksi baru yang hemat energi dan berkelanjutan.
Dalam beberapa tahun terakhir, India telah menyelenggarakan dua konvensi perubahan iklim besar di Paris dan Glasgow (COP 26), yang menjadi pendorong utama kecenderungan India untuk mengekang suhu global.
Pada UNFCCC ke-26 di Glasgow di Skotlandia, yang juga disebut COP-26, India berjanji memenuhi komitmennya untuk membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5 derajat melalui agenda lima lapis yang disebut ‘Panchamrit’ atau ‘The Five Ambrosias’.
Apa itu ‘Panchamrit’ (Lima Ambrosia’)?
1. Komitmen tersebut meliputi peningkatan kapasitas energi non-fosil menjadi 500 gigawatt pada tahun 2030, yang mencakup 50% kebutuhan energi melalui cara-cara terbarukan pada tahun 2030, sehingga mengurangi proyeksi emisi karbon sebesar satu miliar ton pada tahun 2030.
2.Menindaklanjuti komitmen yang dibuat dalam Perjanjian Paris. Pemerintah India mengklaim tahun lalu bahwa emisi India telah turun sebesar 28% dari tingkat emisi tahun 2005, dibandingkan target pengurangan sebesar 35% pada tahun 2030.
3. Mengingat pesatnya ekspansi sektor energi, India berkomitmen untuk melampaui kewajiban NDC (Kontribusi Nasional) dalam jangka waktu yang disepakati.
4. Partisipasi terakhir India dalam COP-26 dipandang dengan keraguan ketika Perdana Menteri Modi dalam pidatonya meningkatkan beberapa tujuan yang dijanjikan dalam Konvensi Paris. Pangsa kapasitas listrik terpasang dari sumber terbarukan telah ditingkatkan menjadi 50% (awalnya 40%), sedangkan target penurunan intensitas emisi telah ditingkatkan menjadi 45% (awalnya 35%).
Mudah-mudahan, India siap untuk memenuhi semua kecuali satu tujuan iklimnya (net zero pada tahun 2070) bahkan sebelum tahun 2030, undang-undang baru ini diharapkan dapat menjadi agen katalitik untuk merangsang kemajuan India dalam mengatasi krisis iklim global.