28 Februari 2023
PETALING JAYA – Malaysia memiliki banyak monumen indah dan bersejarah untuk ditawarkan sebagai surga pariwisata.
Namun karena pemeliharaan dan pelestarian bangunan-bangunan ini juga mahal, seorang spesialis peremajaan kota mengatakan Malaysia harus memanfaatkan aset-aset ini untuk pariwisata domestik dan internasional.
“Ini akan menjadi katalisator pembangunan ekonomi dan sosial lokal, serta menstimulasi aktivitas budaya dan ekonomi kreatif,” kata Managing Director Think City Sdn Bhd, Hamdan Abdul Majeed.
Mengutip contoh sukses bangunan bersejarah yang menghasilkan keuntungan, Hamdan mengatakan dua ruko – Unit 62 dan 64 di Jalan Tun Perak di Kuala Lumpur dan dikelola oleh Think City – telah dipugar dan sekarang menjadi lokasi bisnis.
“Upaya ini menunjukkan bagaimana memasukkan konten dan pengembangan pasca pemulihan dapat membuka peluang bisnis yang layak untuk aset tersebut.
“Hal ini menimbulkan efek riak dimana pihak lain juga menyadari potensi bangunan cagar budaya tersebut dan mengambil inisiatif sendiri untuk meremajakannya serta membuka usaha lain, sehingga menciptakan ekosistem perekonomian yang sehat di kawasan tersebut,” lanjutnya, kemarin.
“Tetapi fokus utamanya adalah memastikan bahwa aset-aset ini digunakan untuk menampung bisnis dan praktik kreatif dan budaya, serta inisiatif komunitas lainnya yang adil secara sosial untuk semua.”
Hamdan mencatat bahwa wisata budaya dianggap unik, karena semakin penting bagi pemulihan ekonomi dan promosi pembangunan ekonomi lokal.
“Pariwisata budaya menyumbang sekitar 40% dari seluruh pariwisata di seluruh dunia. Pandemi ini telah mendorong pariwisata budaya untuk mempertimbangkan kembali peran dan posisinya dalam membentuk pembangunan sosial dan pemulihan ekonomi,” ujarnya.
Think City, yang telah menjadi pemain utama yang bertanggung jawab atas kebangkitan apresiasi terhadap budaya dan warisan di Kuala Lumpur, telah mengalokasikan RM30 juta berdasarkan Anggaran 2023 untuk upaya peremajaan perkotaan di Kuala Lumpur sebagai pusat kreatif dan budaya.
Perdana Menteri Datuk Seri Anwar Ibrahim menambahkan bahwa kolaborasi antara Think City dan Balai Kota Kuala Lumpur (DBKL) juga akan mencakup peningkatan perumahan umum di kota tersebut.
Ia juga mengatakan bahwa Khazanah Nasional Berhad akan memimpin pembentukan Dana Warisan Nasional untuk menarik partisipasi sektor swasta dalam pelestarian warisan nasional Malaysia.
Di antaranya pembangunan kembali Gedung Sultan Abdul Samad dan Carcosa Seri Negara yang akan dilakukan bekerja sama dengan Think City yang didirikan oleh Khazanah.
Hamdan mengatakan Think City akan memulai perencanaan rinci dengan DBKL mengenai mekanisme dan strategi serta mengidentifikasi tujuan jangka pendek dan jangka panjang yang dapat dicapai melalui hibah ini.
“Untuk dua proyek (Carcosa Seri Negara dan Gedung Sultan Abdul Samad) yang telah dicanangkan, kami berharap dapat memperbaharui pusat kota Kuala Lumpur dengan memperbarui kawasan bersejarah,” ujarnya.
Ketika ditanya, CEO Balai Pertemuan Tionghoa Kuala Lumpur & Selangor (KLSCAH) Ong Ooi Heng menyatakan bahwa biaya pemeliharaan tahunan untuk bangunan bersejarah berkisar antara RM100,000 dan RM200,000.
Mengutip contoh gedung KLSCAH yang dibangun pada tahun 1934, Ong mengatakan mereka menerima hibah RM500.000 dari Kementerian Kebudayaan, Seni dan Warisan pada tahun 2008, dan tidak ada dukungan pemerintah sejak saat itu.
“Meskipun pemilik harus memelihara bangunan bersejarah, pemerintah juga harus membantu karena biayanya tinggi.
“Cara lainnya adalah dengan membebaskan pajak penilaian bangunan dengan melibatkan pemerintah daerah,” ujarnya.
Didirikan pada tahun 1923, gedung KLSCAH diawasi oleh mantan penguasa Selangor, Sultan Alauddin Sulaiman Shah.
Pada tahun 2005, Kementerian Kebudayaan, Seni dan Warisan mengalokasikan dana untuk merenovasi auditorium di lantai dasar dan kemudian dianugerahi status warisan nasional.