2 Maret 2023
BEIJING — Mengenakan jubah panjang, kerumunan anak muda berkeliaran di paviliun dan taman kerajaan, lengan baju mereka yang tergerai dan rok bersulam tebal berayun lembut tertiup angin. Mereka bukanlah aktor di lokasi syuting, melainkan penggemar hanfu di acara bertema di Beijing.
“Lebih dari satu dekade yang lalu, fesyen hanfu merupakan subkultur yang tidak dikenal, namun saat ini aktivitas yang relevan sering kali menarik ribuan peserta,” kata Liu Xiang, penyelenggara acara tersebut.
Hanfu, gaya pakaian tradisional yang pernah dikenakan oleh masyarakat Han, mendapat manfaat dari semakin populernya media sosial dan kegemaran terhadap budaya tradisional, menikmati kehidupan baru berkat gelombang baru pemuja muda Tiongkok, termasuk Liu.
Ilmuwan roket kelahiran tahun 1980-an, Liu, juga merupakan salah satu pendiri komunitas hanfu di Beijing bernama Hua Yan Hui.
Komunitas ini didirikan pada tahun 2011 menyusul gerakan kebangkitan hanfu yang muncul dari keinginan untuk mengekspresikan identitas nasional dan menumbuhkan kepercayaan budaya. Sejak itu, Liu menjadi sukarelawan untuk mendukung kelompok tersebut.
“Kecintaan saya terhadap hanfu datang dari dua teman saya yang merupakan penggemar pakaian tradisional Tiongkok,” kata Liu. Ketertarikannya tumbuh ketika dia belajar lebih banyak tentang budaya di baliknya dan memperoleh kostum hanfu pertamanya.
Pada awalnya, orang-orang yang mengenakan hanfu di depan umum kadang-kadang diejek, sementara lebih banyak orang yang lewat bertanya tentang gaya pakaian mereka, kata Liu.
Semakin banyak anak muda yang mulai memakai hanfu yang disesuaikan karena mereka percaya bahwa cara terbaik untuk melestarikan tradisi adalah dengan menyesuaikannya dengan kehidupan modern.
Yang Kunning lahir pada tahun 1990-an dan bekerja di bidang hubungan masyarakat. Dia suka berbagi kecintaannya pada hanfu secara online. Dia membuka akun di platform berbagi video Bilibili dan memposting video di mana dia mengenakan pakaian tradisional.
Ribuan komentar dan suka mengalir ke salurannya saat pemirsa menganggap videonya menarik dan kreatif – memadukan budaya tradisional dengan gerakan tarian modern.
“Media sosial telah mempopulerkan budaya hanfu di Tiongkok dan luar negeri,” kata Liu. “Kebudayaan tradisional tidak memiliki batasan kebangsaan atau etnis.”
Perusahaan dan pabrik berpengalaman juga mencium potensi besar dalam industri yang berhubungan dengan Hanfu.
Kabupaten Caoxian, Kota Heze, Provinsi Shandong Tiongkok Timur, adalah salah satu pusat manufaktur hanfu terpenting, mengumpulkan lebih dari 2.000 perusahaan hulu dan hilir dan menciptakan lapangan kerja bagi hampir 100.000 orang. Lebih dari 600 perusahaan pengolahan garmen memiliki desain sendiri dengan hak kekayaan intelektual.
Selain pelanggan domestik, sejumlah perusahaan di Caoxian melaporkan peningkatan pesanan luar negeri tahun ini.
Yang memiliki koleksi sekitar 30 pakaian hanfu, cocok untuk berbagai musim dan acara. Ia mengatakan pelanggan kini memiliki banyak pilihan dalam memilih hanfu, mulai dari koleksi yang ekonomis hingga yang mewah.
Pasar hanfu di Tiongkok diperkirakan mencapai 12,54 miliar yuan ($1,81 miliar) pada tahun 2022 dan diperkirakan akan meningkat menjadi 19,11 miliar yuan pada tahun 2025, menurut firma riset iMedia Research.
Sepupu Yang, Lu Siqing, yang bekerja di sebuah agen konsultan, mengatakan: “Pekerjaan saya mengharuskan saya untuk mengikuti perubahan terkini di pasar, dan pengalaman saya dengan budaya hanfu dan bisnis terkait membantu saya memahami pola pikir konsumen dengan lebih baik. “
Ketika Tiongkok melonggarkan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian COVID-19, pemulihan industri budaya dan pariwisata mengalami pemulihan yang cepat. Yang mengatakan dia berharap dapat berpartisipasi dalam lebih banyak acara bertema hanfu pribadi di Beijing tahun ini.
“Ini akan menjadi pengalaman berharga untuk berpartisipasi dalam acara di Kota Terlarang dan istana bersejarah lainnya di ibu kota,” kata Yang.