7 Maret 2018
Ketegangan meningkat antara mayoritas umat Buddha Sinhala dan minoritas Muslim di Sri Lanka dalam beberapa tahun terakhir.
Presiden Sri Lanka Maithripala Sirisena telah mengumumkan keadaan darurat selama 10 hari untuk membantu membendung kekerasan komunal di distrik Kandy, negara kepulauan di Asia Selatan.
Keadaan darurat diumumkan pada tanggal 6 Maret untuk mencegah penyebaran kekerasan sektarian, sehari setelah mayoritas umat Buddha Sinhala dan minoritas Muslim bentrok. Massa Budha membakar setidaknya 11 toko dan rumah milik Muslim setelah seorang pria Budha dilaporkan dibunuh oleh sekelompok Muslim.
Ketegangan meningkat antara kedua komunitas tersebut dalam beberapa tahun terakhir, dengan beberapa kelompok Buddha garis keras menuduh umat Islam memaksa orang masuk Islam dan merusak situs arkeologi Buddha.
Orang Sinhala adalah kelompok etnis yang mayoritas beragama Buddha, yang mencakup hampir tiga perempat dari 21 juta penduduk Sri Lanka. Muslim hanya 10 persen dari populasinya.
Perdana Menteri memberitahu Parlemen pada tanggal 5 Maret bahwa Kabinet Menteri telah memutuskan untuk mengumumkan keadaan darurat sehubungan dengan kekerasan etnis di Teldeniya dan daerah sekitarnya.
Polisi telah memberlakukan jam malam di wilayah kepolisian Pallekele dan Teldeniya di Kandy hingga pemberitahuan lebih lanjut setelah jenazah seorang pria Muslim berusia 24 tahun ditemukan di sebuah rumah yang terbakar.
BBC melaporkan bahwa empat masjid, 37 rumah, 46 toko dan 35 kendaraan rusak di daerah Digana dan Teldeniya akibat serangan massa dan umat Islam hidup dalam ketakutan.
SP Ruwan Gunasekera, juru bicara kepolisian, mengatakan kepada surat kabar Eiland bahwa 24 orang yang ditangkap sehubungan dengan kerusuhan di Digana telah diajukan ke Pengadilan Hakim Teldeniya dan ditahan. Gunasekera mengatakan kontingen 200 tentara telah dikerahkan di daerah tersebut dan memberikan keamanan tambahan di masjid-masjid.
Lakshman Kiriella, seorang anggota parlemen dari Kandy, mengatakan di parlemen bahwa serangan itu “dilakukan oleh pihak luar”.
“Saya malu sebagai seorang Budha dan kita harus meminta maaf kepada umat Islam,” kata Kiriella dalam sebuah laporan di Hindustan Times.
Ketegangan meningkat di Sri Lanka sejak tahun 2012, yang diduga dipicu oleh kelompok Buddha garis keras. November lalu, kerusuhan di selatan pulau itu menewaskan satu orang dan merusak rumah serta kendaraan. Tiga tahun lalu, kerusuhan antara umat Buddha dan Muslim menyebabkan empat orang tewas dan banyak lainnya terluka.
Keadaan darurat diberlakukan beberapa jam sebelum India memainkan pertandingan pembukaan mereka melawan Sri Lanka di Piala Tri-Nation Nidahas Twenty20 di negara pecinta kriket ini.