Tambru tegang saat kelompok Rohingya bentrok

20 Januari 2023

DHAKATKetegangan meningkat di sepanjang perbatasan Tambru di Bandarban ketika baku tembak antara dua kelompok militan Rohingya berlanjut kemarin pagi di sebuah kamp pengungsi di tanah tak bertuan.

Beberapa warga Rohingya dan pejabat intelijen mengatakan baku tembak sengit terjadi pada Rabu pagi antara Tentara Pembebasan Rohingya Arakan (ARSA) dan Organisasi Solidaritas Rohingya (RSO), keduanya berusaha menguasai kamp Rohingya Konarpara.

Kekerasan tersebut telah menyebabkan sedikitnya 500 warga Rohingya memasuki Bangladesh dan berlindung di sebuah sekolah di kawasan Tambru di Naikhongchhari upazila, kata Muhammad Alam, anggota Ghumdhum Union Parishad.

Warga Rohingya yang panik juga memasuki Myanmar selama baku tembak, tambahnya.

Dia menambahkan, baku tembak antara kedua kelompok tersebut berlanjut kemarin pagi dan berlanjut hingga sekitar tengah hari, tambahnya.

Romen Sharma, petugas Naikhongchhari Upazila Nirbahi, mengatakan dia mengetahui bahwa “beberapa keluarga Rohingya telah memasuki Bangladesh”.

Dia menambahkan bahwa situasi di perbatasan Bangladesh normal, tetapi orang-orang takut mendengar suara tembakan.

Sekitar pukul 06:28 pada hari Rabu, setidaknya 100 anggota RSO mengepung tempat pertemuan ARSA dan mulai menembak, kata pejabat intelijen.

Orang-orang ARSA kemudian mulai menembak dan baku tembak berlanjut selama sekitar dua setengah jam, kata seorang pemimpin komunitas Rohingya yang tidak mau disebutkan namanya.

Mayat pria Rohingya bernama Hamid Ullah (27) yang dipenuhi peluru kemudian ditemukan. Dokter di rumah sakit yang dikelola MSF di Kutupalong membenarkan kematian tersebut.

Pria lain bernama Mohib Ullah (25) dirawat di fasilitas tersebut dengan luka tembak.

Keduanya mengenakan atasan kamuflase berwarna krem, kata Sheikh Mohammad Ali, petugas yang bertanggung jawab di kantor polisi Ukhia.

Seorang pemimpin Rohingya, yang berada di kamp saat bentrokan tersebut, mengatakan tembakan terdengar lagi antara pukul 14.00 dan 15.00.

Setelah itu, para anggota ARSA membakar tempat pertemuan mereka “mungkin karena kehabisan amunisi. Strategi ARSA adalah dengan membakar agar bisa melarikan diri,” tambah tokoh masyarakat tersebut.

Pemimpin Rohingya Dil Mohammad mengatakan: “Baku tembak terjadi demi tegaknya supremasi.”

Anggota ARSA juga membakar beberapa gubuk, menyebabkan kepanikan luas di kalangan masyarakat. Banyak warga Rohingya meninggalkan rumah mereka dan berlindung di dekat Tambru Bazar.

Beberapa sumber Rohingya di kamp tersebut mengatakan anggota RSO menguasai Konarpara kemarin pagi dan menemukan sejumlah bunker yang diyakini digunakan oleh anggota ARSA.

Daily Star menerima lima foto bunker yang dikirim oleh sumber lokal. Anggota RSO yang mengenakan kemeja kamuflase juga terlihat di foto tersebut, yang belum diverifikasi.

Tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas kekerasan tersebut.

Para pejabat mengatakan, penjaga perbatasan Bangladesh diminta tetap waspada.

Kamp Konarpara di tanah tak bertuan adalah rumah bagi setidaknya 4.232 warga Rohingya yang tiba di sana pada tahun 2017. Lebih dari selusin pengungsi terluka dalam bentrokan selama dua hari terakhir, kata para saksi mata.

ARSA dan RSO telah menjadi pesaing selama bertahun-tahun. RSO paling aktif pada tahun 1990an, namun kemudian kehilangan daya tariknya di mata masyarakat. Hal ini muncul kembali tahun lalu, sementara ARSA menjadi pusat perhatian pada tahun 2016.

ARSA adalah kelompok yang melancarkan serangan mematikan terhadap pos-pos militer dan polisi Burma di negara bagian Rakhine, perbatasan Myanmar, pada Agustus 2017.

SDY Prize

By gacor88