12 Januari 2023
JAKARTA – Acara yang diselenggarakan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) serupa dengan acara kenegaraan pada masa pemerintahan Presiden Joko “Jokowi” Widodo, dengan liputan media yang lengkap dan kehadiran para pejabat tinggi. Termasuk pesta emas pada hari Selasa di Jakarta International Expo yang penuh sesak di Kemayoran, Jakarta Pusat.
Presiden Jokowi yang merupakan anggota PDI-P, Wakil Presiden Maruf Amin dan sembilan anggota kabinet, termasuk Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, Mahfud, MD; Menteri Luar Negeri Retno Marsudi; Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Makarim; dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono hadir dan tampak memberikan perhatian penuh pada pidato Ketua Umum Partai Megawati Soekarnoputri saat ia menyampaikan pidatonya dan, sampai batas tertentu, khotbahnya tentang isu-isu politik.
Seolah-olah ingin menunjukkan siapa bosnya, Megawati menginterogasi Presiden Jokowi dan para menterinya.
“Mengemas Jokowi tanpa PDI-P – itu akan sangat disayangkan,” kata Megawati serupa dengan pernyataannya pada tahun 2015 yang menyebut Presiden Jokowi yang baru terpilih sebagai “pejabat partai”. Megawati juga mengingatkan Jokowi bahwa Konstitusi membatasi masa jabatannya menjadi dua periode lima tahun, yang merupakan respons nyata terhadap seruan untuk memperpanjang masa jabatan Jokowi.
Megawati juga mengkritik Nadiem karena tidak berbuat cukup banyak untuk melindungi bahasa daerah, yang menurutnya beberapa di antaranya telah hilang. Menurut Megawati, bahasa daerah sama pentingnya dengan bahasa Inggris, yang sangat disukai Nadiem lulusan Amerika Serikat.
Megawati juga mengenang perannya dalam menjadikan Retno sebagai menteri luar negeri perempuan pertama di Indonesia. Megawati mengatakan dia mendorong Jokowi untuk menunjuk seorang perempuan untuk menduduki jabatan tertinggi diplomatik.
Cara Megawati memperlakukan tamu-tamunya selama acara tersebut menunjukkan banyak pengaruhnya terhadap pemerintah. Partai tersebut, di bawah kepemimpinannya, telah memenangkan dua pemilu terakhir, dan sejumlah jajak pendapat memperkirakan partai tersebut akan meraih hat-trick pada pemilu 2024.
Dengan keberhasilan ganda pada tahun 2019, yaitu memenangkan pemilu legislatif dan presiden, PDI-P semakin memperkuat cengkeramannya dalam politik nasional. Selain menduduki empat jabatan menteri di kabinet saat ini, partai tersebut juga mempunyai anggota yang menduduki jabatan strategis, seperti Kejaksaan Agung (Kejagung) dan Badan Intelijen Negara (BIN).
PDI-P juga unggul dalam pemilu daerah. Pada Juni tahun lalu, partai tersebut mengumpulkan 215 kepala daerah dan wakil kepala daerah di Jakarta untuk meminta mereka menandatangani pakta integritas.
Seperti pepatah lama, dengan kekuatan yang besar, ada pula tanggung jawab yang besar. Pertanyaannya adalah apakah PDI-P memenuhi harapan tersebut.
Dewan Perwakilan Rakyat, dimana PDI-P memegang 128 dari 575 kursi, hampir tidak bisa menentang pemerintah ketika harus mengesahkan undang-undang kontroversial seperti KUHP baru, Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Undang-undang Pekerjaan Umum. Undang-Undang Penciptaan, meskipun ada kekurangan dalam rancangannya dan kontennya yang anti-demokrasi.
Sebagai partai terbesar di Indonesia, PDI-P harus mengartikulasikan aspirasi masyarakat dan membela mereka dari penyalahgunaan kekuasaan, bahkan ketika partai itu sendiri yang memegang kendali. Sebab, PDI-P selalu mengaku sebagai partainya orang kecil (orang normal).