2 Agustus 2023
JAKARTA – Australia membantah klaim Indonesia bahwa mereka menemukan penyakit kulit menggumpal (LSD) pada sapi hidup yang diimpor dari negara tersebut.
“Australia bebas LSD,” klaim Kedutaan Besar Australia di Jakarta pada hari Selasa, menimbulkan pertanyaan tentang keputusan Indonesia untuk menangguhkan impor sapi hidup tertentu dari negara tersebut.
“Australia segera menanggapi permintaan laporan investigasi dan akan terus bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia untuk menyelesaikan masalah ini secepatnya,” kata juru bicara kedutaan. Jakarta Post pada hari Selasa.
Kedutaan menambahkan bahwa tidak ada negara lain yang mendeteksi LSD pada sapi impor Australia dan tidak ada negara lain yang memberlakukan pembatasan perdagangan.
LSD, penyakit virus menular yang menyerang sapi dan kerbau, diketahui menyebabkan lecet dan menurunkan produksi susu. Penyakit ini terutama ditularkan melalui gigitan serangga dan bukan merupakan ancaman bagi kesehatan manusia.
Indonesia melalui Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian menghentikan sementara impor sapi hidup dari empat fasilitas ekspor Australia.
Keputusan ini diambil sebagai tanggapan atas deteksi klinis LSD pada beberapa hewan setelah kedatangan mereka.
Jeda tersebut dilakukan sambil menunggu temuan penyelidikan lebih lanjut, kata Kepala Badan tersebut Bambang dalam keterangan resmi, Selasa.
LSD juga terdeteksi pada ternak Indonesia pada bulan Maret, menurut laporan media.
Badan tersebut mengatakan penyelidikannya mengikuti prosedur standar. Sapi yang baru tiba segera diperiksa, diambil sampelnya, dan dilakukan uji klinis, sehingga terdeteksi adanya LSD, Detik Keuangan dilaporkan.
Namun, pihak berwenang Australia tampaknya meragukan hasil tes tersebut, kata Bambang.
Australia telah mengumumkan periode penyelidikan selama 60 hari yang dimulai pada 12 Juli. Bambang mengatakan setelah jangka waktu tersebut pemerintah akan memutuskan kemungkinan dimulainya kembali impor sapi dari empat fasilitas tersebut.
Pemerintah secara aktif mengoordinasikan responsnya dengan Departemen Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (DAFF) pemerintah Australia, kata Bambang.
Ia mengatakan, impor dari Australia dapat berjalan normal dari sisa 56 fasilitas yang terdaftar untuk mengekspor sapi hidup ke Indonesia.
Meski demikian, ia mencatat bahwa Indonesia tidak menutup kemungkinan untuk memperluas penangguhan tersebut ke fasilitas lain yang berada dalam radius 30 hingga 60 kilometer dari fasilitas yang saat ini ditangguhkan. Keputusan ini didasarkan pada asumsi bahwa serangga pembawa penyakit dapat menempuh jarak tertentu dan berpotensi mencapai fasilitas terdekat.
“Dalam radius yang bisa dijangkau lalat, tidak perlu diuji lagi, otomatis akan (dibekukan),” kata Bambang.
Sebelumnya, Menteri Pertanian Australia Murray Watt mengatakan upaya sedang dilakukan untuk melakukan pengujian dan memulihkan volume ekspor sapi hidup ke Indonesia melalui sisa usaha terdaftar.
Baca juga: Indonesia ingin mengimpor sapi, kedelai dari Afrika Selatan
Vaksin LSD sangat dibutuhkan
Nanang Subendro, Ketua Persatuan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI), mengatakan wabah LSD disebabkan oleh rendahnya tingkat vaksinasi dan rendahnya kesadaran terhadap penyakit tersebut dibandingkan dengan penyakit menular lainnya, seperti penyakit mulut dan kuku (PMK). ., yang juga sangat menular pada hewan berkuku terbelah.
“Tingkat vaksinasi LSD masih sangat rendah, kurang dari 20 persen dibandingkan standar 70 persen,” kata Nanang. Pos pada hari Selasa.
Ia menekankan pentingnya vaksin LSD karena meskipun ternak sudah sembuh dari penyakit tersebut, namun kemampuan ternak untuk berproduksi secara optimal masih terpengaruh.
Indonesia adalah pasar terbesar bagi sapi hidup Australia, menyumbang sekitar 56 persen ekspor pada tahun 2021 dan 2022, menurut data yang dikutip oleh Reuters. Dengan nilai sekitar US$600 juta, perdagangan ini mempunyai nilai yang signifikan bagi Australia.