2 Februari 2023
JAKARTA – Presiden Joko “Jokowi” Widodo memulai kepemimpinan Indonesia di ASEAN 2023 di Jakarta pada hari Minggu, forum internasional terbesar kedua yang ia pimpin setelah kepresidenan G20.
Dan bagi mereka yang mengharapkan pengelompokan regional memiliki relevansi dengan kehidupan masyarakat awam, tentu berharap Indonesia bisa mengulangi kesuksesan G20.
Salah satu indikator kunci keberhasilan sebagai ketua umum tahun ini adalah bagaimana Jokowi dapat meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa ASEAN penting bagi mereka, dan bukan hanya bagi para birokrat dan pebisnis. Dan kali ini pemerintah mempunyai peluang besar untuk berhasil mencapai tujuan tersebut.
Setidaknya ada tiga agenda penting tahun ini: KTT internal para pemimpin ASEAN; Forum Regional ASEAN (ARF); dan KTT Asia Timur yang akan diikuti oleh nama-nama besar seperti Uni Eropa, Amerika Serikat, Rusia, India, Jepang, dan Tiongkok.
Semua menteri luar negeri dari sepuluh negara anggota ASEAN, kecuali Myanmar, akan bertemu di Jakarta minggu ini. Memburuknya situasi di Myanmar tentu akan menjadi agenda utama.
Pada bulan Mei, para pemimpin ASEAN diperkirakan akan mengadakan pertemuan puncak dua tahunan mereka yang pertama, di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur. Tidak ada negara di luar ASEAN yang akan diundang. Presiden Ramos Horta kemungkinan besar akan mengikuti KTT Pemimpin ASEAN beberapa bulan kemudian, dan besar kemungkinan pada pertemuan berikutnya, Timor-Leste akan secara resmi diterima sebagai anggota ASEAN yang ke-11.
Pada bulan Juli, Indonesia akan menjadi tuan rumah ASEAN Regional Forum (ARF), forum dialog keamanan terbesar di dunia, yang akan menampilkan 10 mitra dialog dan beberapa negara lain termasuk Korea Utara, Pakistan, dan Papua Nugini. Forum tersebut memberikan kesempatan bagi negara-negara besar untuk mendiskusikan perselisihan mereka secara terbuka di forum tersebut, khususnya yang berkaitan dengan kawasan Asia-Pasifik.
KTT kedua ASEAN biasanya diadakan pada bulan November. Namun kita juga memperkirakan pertemuan tersebut akan diadakan pada bulan September, dua bulan lebih cepat dari jadwal, karena, antara lain, India akan mengadakan pertemuan puncak G20 pada bulan November.
Tahun lalu, pemerintah meluncurkan kampanye hubungan masyarakat besar-besaran untuk G20 dan ketika tiba waktunya bagi para pemimpin paling penting di dunia seperti Presiden AS Joe Biden dan Presiden Tiongkok Xi Jinping, Indonesia dapat mengambil pujian karena telah menyatukan dunia di tengah perjuangan tersebut. Di Ukraina.
Pemerintah kini bisa mundur dari kesuksesan G20 dengan melakukan kampanye serupa bahwa Indonesia berkontribusi signifikan terhadap kemajuan dunia dan memetik manfaat nyata dari apa yang bisa dicapai ASEAN.
Ke depan, Kementerian Luar Negeri dapat mulai berupaya menyebarkan informasi kepada masyarakat tentang kemajuan di ASEAN melalui kerja sama yang erat dengan lembaga pemerintah dan media lainnya. Tahun lalu itu bekerja dengan sangat baik. Dan mungkin akan berhasil lagi tahun ini.
Meskipun berkantor pusat di Jakarta sejak didirikan pada tahun 1967, kesadaran akan ASEAN masih rendah dan minat masyarakat Indonesia terhadap organisasi regional terhadap organisasi regional masih rendah.
Sangat mungkin bahwa masyarakat mempunyai sedikit hubungan dengan organisasi regional ini selama 55 tahun terakhir karena organisasi ini menjawab kebutuhan dan kekhawatiran mereka yang sebenarnya dan kita dapat menyalahkan hal ini karena terlalu banyaknya slogan-slogan muluk-muluk yang dibuat mengenai pentingnya ASEAN.
Kali ini mungkin berbeda.
Dua puluh tiga adalah tahun diplomasi bagi Indonesia. Kita semua berharap dengan kepemimpinannya di ASEAN, masyarakat umum di negeri ini dan di seluruh kawasan pada akhirnya dapat merasakan kehadiran organisasi ini; mereka dapat merasakan bahwa ASEAN sangat penting bagi mereka.