Seruan semakin keras agar perdagangan satwa liar dilarang di Indonesia seiring dengan meningkatnya wabah virus di Wuhan, yang telah menewaskan sedikitnya 170 orang dan menginfeksi lebih dari 7.700 orang di seluruh dunia.
Dog Meat Free Indonesia, sebuah koalisi beberapa organisasi hak-hak hewan, menulis surat kepada Presiden Joko Widodo meminta “tindakan yang kuat dan segera” untuk memitigasi risiko yang ditimbulkan oleh pasar hewan di negara tersebut.
Berdasarkan pengamatan mereka, pasar berfungsi sebagai “tempat berkembang biak yang sempurna bagi virus zoonosis baru dan mematikan, seperti virus corona,” tambah koalisi tersebut, seraya mencatat bahwa deskripsi ini konsisten dengan deskripsi para ilmuwan.
Mengingat situasi akut di Tiongkok, kelompok ini mendesak presiden untuk mengambil tindakan preventif dan proaktif agar Indonesia tidak menjadi titik asal virus mematikan berikutnya, The Jakarta Post melaporkan.
“Kami menyerukan kepada Anda untuk memprioritaskan kesehatan dan kesejahteraan sebagian besar penduduk Indonesia, dibandingkan preferensi dan keuntungan segelintir orang dengan mengorbankan kepentingan nasional dan global,” kata surat itu.
Di pasar satwa liar di Jatinegara, Jakarta Timur, para pedagang berjualan hewan eksotik mulai dari ular hingga kelelawar.
Pedagang Markias Buyung menjual daging kelelawar yang biasa dijadikan sup oleh pembeli dan dijadikan obat penyakit asma dan pernafasan. Setiap pemukul dijual dengan harga 350.000 rupiah (S$35).
“Saya membantu (pembeli) membersihkan kelelawar,” katanya kepada The Straits Times, seraya menambahkan bahwa dia tidak repot-repot memakai masker, sarung tangan, atau bahkan mencuci tangan.
Sadar akan risikonya karena virus Wuhan diberitakan secara luas oleh media Indonesia, pria berusia 64 tahun ini berkata: “Saya tidak takut (terinfeksi) dan saya baik-baik saja. Aku sudah terbiasa karena itu pekerjaanku. Bahkan jika saya digigit (oleh kelelawar), itu normal.”
Bapak Markias, seorang pedagang hewan di pasar tersebut sejak tahun 1972, belum pernah terkena dampak wabah flu burung di masa lalu.
Dr Sugiyono Saputra, peneliti mikrobiologi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, mengatakan virus corona, termasuk virus Wuhan, banyak ditemukan pada kelelawar dan hewan berdarah panas lainnya, seperti tikus dan musang.
Meskipun ia memperingatkan tentang kemungkinan penularannya pada manusia, ia mengatakan: “Bahkan jika hewan mengidapnya (virus), masih ada kemungkinan bahwa virus tersebut tidak menyebabkan infeksi pada manusia.”
“Yang bisa menularkan virus ke manusia adalah mereka yang pernah mengalami seleksi genetik, misalnya mutasi gen,” ujarnya.
Dr Sugiyono merekomendasikan untuk memantau perdagangan satwa liar di Indonesia, khususnya hewan yang berasal dari luar negeri.
Indonesia sejauh ini belum memiliki kasus terkonfirmasi mengenai infeksi virus corona baru, yang bermula dari kota Wuhan di Tiongkok, yang diduga berasal dari pasar makanan laut yang menjual hewan hidup.
Namun, masyarakat khawatir penyakit ini dapat menyebar ke seluruh kepulauan luas yang mencakup lebih dari 17.000 pulau.
Ibu Fadriani Trianingsih, seorang karyawan di sebuah lembaga think tank, mengatakan virus ini harus ditangani dengan serius karena mematikan. Meskipun kota Wuhan telah dikunci, situasi ini diperparah dengan banyaknya wisatawan yang melintasi dunia.
Pihak berwenang Indonesia harus memperketat keamanan di pintu masuk negara, tidak hanya dengan menggunakan pemindai termal, tetapi juga memeriksa riwayat perjalanan setiap penumpang yang datang dari luar negeri, tambahnya.
“Catatan perjalanan baik WNI maupun WNA harus diperiksa secara menyeluruh. Gerbang bandara dan pelabuhan untuk melindungi penduduk lokal, bukan?” kata Bu Fadriani.
Terkait perdagangan satwa liar, kata dia, pasar satwa harus dibersihkan secara rutin dan asal satwa yang dijual juga harus ditelusuri.
Pemerintah juga bersiap untuk memulangkan WNI yang terdampar di provinsi Hubei, termasuk Wuhan, dan mengkarantina mereka setidaknya selama 14 hari setelah kedatangan untuk menghindari kontaminasi, kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi pada Kamis, lapor Reuters.
Setidaknya 243 warga Indonesia berada di kota-kota yang dikunci, dengan jumlah terbesar di Wuhan, pusat wabah ini.
Lebih dari 10 orang di Indonesia sedang dalam pengawasan karena gejala mirip flu, namun sebagian besar dinyatakan negatif. Kasus dugaan terbaru adalah seorang pekerja kapal tunda asal Indonesia yang memasuki Batam dengan kapal feri dari Singapura pada Rabu (29 Januari), kata pejabat kesehatan.
Pria berusia 40 tahun, yang diidentifikasi hanya dengan inisial R, sedang diisolasi di RS Embung Fatimah Batam untuk pemeriksaan lebih lanjut. Sampel pasien tersebut telah dikirim ke Kementerian Kesehatan di Jakarta dan hasil tesnya diharapkan keluar pada Senin (3 Februari).
Pihak berwenang Indonesia kini sedang melacak penumpang lain di kapal Wavemaster yang tiba di terminal feri Batam Center dari Singapura pada Rabu sore.