7 April 2022
KUALA LUMPUR – Pelancong Malaysia yang tiba di Tanah Air geram karena harus membayar tes Antigen RTK profesional yang mahal di Bandara Internasional Kuala Lumpur (KLIA) padahal mereka sudah melakukan tes PCR sebelum keberangkatan.
Mereka juga mempertanyakan perlunya tes kedatangan ketika Singapura, Indonesia, dan Filipina telah menghentikannya atau mengumumkan akan segera menghentikannya.
Cindy Foo (35), yang kembali dari Jakarta, mengaku harus melakukan tes RTK-Antigen di bandara pada 1 April.
“Kami harus menunggu tes di KLIA. Saya tidak mengerti kenapa harus dites lagi padahal sudah mengikuti tes pra pemberangkatan,” ujarnya kemarin.
Wisatawan asal Singapura lainnya, Muhamad Hamid (39), juga mempertanyakan perlunya melakukan tes kembali.
“Akan lebih mudah bagi kami jika mereka membatalkan tes tersebut pada saat kedatangan mereka, sama seperti negara-negara lain di kawasan ini,” tambahnya.
Ada berbagai jenis pilihan tes Covid-19 yang tersedia setibanya di KLIA dan klia2, dengan tes RTK Antigen (nasal) profesional seharga RM100 untuk warga Malaysia dan RM160 untuk orang asing.
Biaya normal di klinik adalah sekitar R60 hingga R70.
Diperlukan waktu antara 15 dan 30 menit agar hasil tes keluar.
Untuk tes reaksi berantai transkripsi-polimerase terbalik (RT-PCR), warga Malaysia dikenakan biaya RM250 sementara wisatawan internasional membayar RM350. Biasanya harganya antara R180 dan R250.
Sedangkan untuk tes cepat RT-PCR, biayanya RM370 untuk warga Malaysia sementara orang asing membayar RM470. Harga biasa di bawah R350.
Penyedia screening Covid-19 swasta BP Healthcare menjadi satu-satunya perusahaan yang menangani layanan screening RT-PCR Covid-19 yang wajib bagi seluruh pelancong yang masuk di KLIA dan klia2.
Namun Malaysian Airport Holdings Bhd (MAHB) membantah tudingan tes RTK di bandara internasional dimonopoli oleh satu perusahaan.
Seorang pejabat senior mengatakan ada empat penyedia layanan kesehatan berbeda di empat bandara internasional – KLIA, Bandara Internasional Penang, Bandara Internasional Kota Kinabalu, dan Bandara Internasional Kuching.
Mulai 1 April, pelancong yang divaksinasi lengkap yang memasuki Malaysia harus menjalani tes PCR dua hari sebelum keberangkatan dan juga harus menjalani tes Antigen RTK profesional dalam waktu 24 jam setelah kedatangan.
CEO AirAsia Malaysia Riad Asmat mengatakan meskipun pihaknya menyambut baik pembukaan kembali perbatasan internasional, banyak negara ASEAN yang telah mempermudah perjalanan dengan menyederhanakan sistem pengujian bagi para pelancong.
“Kamboja, misalnya, telah sepenuhnya menghapus persyaratan tes apa pun, sementara pelancong ke Thailand, Indonesia, Vietnam, Singapura, dan Filipina diharuskan melakukan satu kali tes Covid-19 (baik sebelum keberangkatan atau pada saat kedatangan),” ujarnya.
Ia mencatat, pelancong di Malaysia, meski persyaratan tes PCR sebelum keberangkatan tetap, harus menjalani tes RTK-Antigen dalam waktu 24 jam setelah kedatangan.
“Ini menawarkan fleksibilitas lebih besar dan memudahkan proses perjalanan.
“Seiring dengan perkembangan situasi pandemi, proses dan peraturan perjalanan seperti jumlah dan jenis tes juga dapat ditinjau secara berkala untuk memastikan relevansinya, tanpa membebani pelancong,” tambahnya.
Dia mengatakan ketika tes Covid-19 menjadi semakin penting bagi wisatawan, keterjangkauan tes wajib juga akan mempengaruhi daya tarik Malaysia sebagai tujuan wisata pilihan.
“Tes PCR dan RTK yang lebih murah akan mengurangi biaya bagi para pelancong dan mendukung pemulihan industri pariwisata dan penerbangan yang lebih efisien, tanpa membahayakan kesehatan masyarakat.
“Mengizinkan lebih banyak penyedia layanan kesehatan menawarkan layanan pengujian di bandara Malaysia akan mendorong persaingan dan meningkatkan efisiensi layanan pengujian yang tersedia,” kata Riad.
Malaysia Aviation Group mengaku berpedoman pada arahan pemerintah dan mengapresiasi intervensinya dalam menyederhanakan SOP agar pelancong bisa memasuki Malaysia dengan aman.