29 November 2022
JAKARTA – Presiden Joko “Jokowi” Widodo mengirimkan tanda dukungan terkuatnya kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dengan mengatakan kepada ribuan pendukungnya dalam pidato di stadion untuk memilih pemimpin “berambut putih” pada tahun 2024, sebuah referensi yang jelas untuk rekannya. Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).
“Pilihlah pemimpin yang mau turun dan kotor, yang mau menempatkan diri di posisi rakyat,” kata Jokowi.
“Ciri-ciri itu tercermin dari penampilannya, seperti terlalu banyak kerutan karena kepeduliannya terhadap rakyat,” lanjutnya, berpesan kepada massa untuk mempertimbangkan calon yang rambutnya memutih karena “sangat peduli pada rakyat”.
Banyak yang melihat komentar Jokowi sebagai tanggapan yang tidak terlalu halus terhadap Ganjar, yang secara teratur menduduki puncak jajak pendapat publik tentang calon presiden potensial pada tahun 2024.
Komentar Jokowi itu muncul hanya beberapa hari setelah kedua politisi a blusukan (kunjungan dadakan) ke pasar Colomadu di Karanganyar, kabupaten yang berbatasan dengan kota kelahiran Jokowi di sebelah timur Surakarta.
Meskipun Presiden sebelumnya terlihat memberikan dukungannya kepada calon presiden lainnya, termasuk pemimpin Partai Gerindra, Prabowo Subianto, dan Ketua Partai Golkar, Airlangga Hartarto, namun dukungannya secara diam-diam terhadap Ganjar dilakukan di depan ribuan pendukungnya, dengan kekuatan elektoralnya yang sangat kuat. . .
Rapat umum politik di Gelora Bung Karno diselenggarakan oleh Gerakan Nusantara Bersatu dan dihadiri oleh ribuan pendukung setia Jokowi dari seluruh tanah air, termasuk anggota berbagai kelompok relawan pro-Jokowi.
Bus yang mereka tumpangi sepanjang Jl. Sudirman, menyumbat jalur ramai sejak Sabtu dini hari. Beberapa peserta membawa spanduk yang menyerukan presiden untuk mencalonkan diri lagi agar ia dapat mengetahui program-programnya.
Setelah tahun 2024
Karena ia secara konstitusional dilarang mencalonkan diri sebagai presiden untuk ketiga kalinya, Jokowi meminta hadirin untuk memilih kandidat yang akan melanjutkan warisannya.
“Apa yang kita bangun bersama harus dilanjutkan ya? Ini yang harus kita pertahankan, tidak hanya untuk (Pemilu) 2024 dan 2029, tapi juga untuk Indonesia Emas 2045,” kata Jokowi merujuk pada visi pemerintahannya untuk mencapai tonggak pembangunan besar menjelang ulang tahun keseratus Indonesia.
Peneliti politik Firman Noor dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan jelas bahwa Jokowi mempunyai kepentingan dalam mengusung kandidat yang mungkin akan melindungi warisannya.
“Ada calon berkepala putih (Ganjar), mantan jenderal (Menteri Pertahanan Prabowo Subianto) yang sebelumnya mencalonkan diri melawan Jokowi, dan Airlangga Hartarto (Menteri Koordinator Perekonomian) dan juga favorit Jokowi,” kata Firman sambil menyebut. preferensi presiden tercantum. di antara calon-calon yang potensial.
Selama masa jabatannya, Jokowi menjalankan proyek ambisius untuk memindahkan ibu kota dari Jakarta ke Kalimantan Timur. Ia saat ini sedang mencari investor untuk memastikan proyek senilai Rp 466 triliun (US$32,7 miliar) itu menjadi warisan utamanya.
Campur tangan pemilu?
Peristiwa di Gelora Bung Karno, yang tampak seperti rapat umum kampanye politik, dan dukungan politik yang terlihat dari Jokowi mungkin bukan pertanda baik bagi partainya sendiri, yang telah berulang kali menegaskan bahwa keputusan akhir pencalonannya ada di tangan ketua umum Megawati Soekarnoputri.
Kalangan PDI-P menyatakan keberatan atas pencalonan Ganjar, mengingat hubungannya yang tegang dengan Ketua Umum Partai Puan Maharani, putri Megawati, yang juga ingin mencalonkan diri sebagai presiden pada tahun 2024.
Tanpa mengkritik Jokowi secara langsung, anggota DPR dari PDI-P Deddy Yevri Sitorus menilai peristiwa hari Sabtu tersebut dapat merusak pemilu 2024.
“Kita tidak boleh membiarkan manuver kelompok relawan menimbulkan kesan bahwa presiden berpihak pada calon tertentu dan menimbulkan dugaan kecurangan,” kata Deddy dalam keterangannya.
Ia juga mengecam penyelenggara aksi yang menggelar unjuk rasa pasca gempa berkekuatan 5,6 SR yang menewaskan 318 orang di Cianjur, Jawa Barat.
Meski Deddy yakin Jokowi tidak punya pilihan selain menghadiri acara tersebut, Firman mengatakan hal itu mencerminkan hubungan presiden dengan partainya.
“Ini menandakan Jokowi tidak terlalu (memikirkan) PDI Perjuangan, karena kelompok pendukungnya tidak pernah benar-benar merujuk (ke) partai tersebut,” ujarnya.
Pendukung Jokowi lebih memandangnya sebagai individu dan bukan sebagai anggota PDI-P, lanjut Firman. Hal ini memberi presiden lebih banyak kebebasan untuk menyimpang dari garis partai.
Suara minoritas
Namun, ketika ditanya apakah pendukung setia Jokowi dapat memenangkan pemilu, Firman mengatakan bahwa mereka adalah minoritas jika dilihat dari gambaran yang lebih besar.
Mendekati tahun 2024, serta batas waktu bagi partai untuk mengajukan calon secara resmi, suara pendukung Jokowi pada akhirnya akan bungkam, ujarnya. (ipa/ahw)