Vietnam mengatakan Facebook melanggar undang-undang sibernya

10 Januari 2019

Negara ini sedang mempertimbangkan tindakan hukuman terhadap raksasa media sosial tersebut.

Kementerian Informasi dan Komunikasi (MIC) sedang mempertimbangkan untuk mencegah aliran dana ke iklan kebencian di Facebook dan memungut pajak untuk menangani pelanggaran hukum yang dilakukan jejaring sosial tersebut di Vietnam.

Informasi tersebut dirilis kemarin pada konferensi pers yang diadakan oleh Otoritas Penyiaran dan Informasi Elektronik MIC di Hanoi.

Langkah-langkah lain yang perlu dipertimbangkan termasuk mewajibkan Facebook untuk mematuhi hukum dan peraturan Vietnam.

Menurut ABEI, Facebook melanggar hukum Vietnam dalam tiga bidang utama yaitu pengelolaan konten informasi, periklanan online, dan kewajiban pajak.

Facebook dilaporkan tidak menanggapi permintaan untuk menghapus halaman penggemar yang memprovokasi kegiatan anti-negara atas permintaan pihak berwenang.

Facebook juga mengizinkan konten dari akun pribadi untuk memposting konten yang memfitnah, sentimen anti-pemerintah, dan memfitnah serta mencemarkan nama baik individu, organisasi, dan lembaga pemerintah. Konten ini terbukti melanggar Undang-Undang Keamanan Siber Vietnam, Peraturan Pemerintah 72/2013, tentang Pengelolaan, Penyediaan dan Penggunaan Layanan Internet dan Informasi Online serta Surat Edaran MIC 38 yang menguraikan penyediaan informasi publik melintasi perbatasan.

Badan pengatur telah berulang kali mengirimkan email yang meminta Facebook untuk menghapus konten yang menyimpang dan menyesatkan. Namun, raksasa jejaring sosial itu menunda penghapusan konten tersebut, dengan alasan bahwa konten tersebut tidak melanggar standar komunitasnya.

Mereka juga menolak memberikan informasi tentang akun palsu kepada badan keamanan.

Facebook diketahui mengizinkan akun aktif untuk menjual dan mengiklankan produk dan layanan ilegal seperti uang palsu, produk palsu, senjata, dan petasan.

Secara khusus, dilaporkan bahwa Facebook mengizinkan pengguna membeli iklan untuk menyebarkan informasi palsu, mencemarkan nama baik organisasi, individu, dan bisnis.

Menurut perusahaan riset pasar ANTS, belanja iklan online di Vietnam diperkirakan mencapai US$550 juta pada tahun 2018, dimana belanja iklan di Facebook dan Google masing-masing berjumlah $235 juta dan $152,1 juta. Namun keduanya dikabarkan mengabaikan kewajiban perpajakan mereka di Vietnam.

Fakta bahwa perusahaan asing seperti Facebook tidak membayar pajak telah menyebabkan negara merugi dan mendorong pasar periklanan online, kata ABEI.

Pihak berwenang berencana terus mengumpulkan bukti-bukti pelanggaran yang dilakukan Facebook.

Selain itu, Facebook harus berkoordinasi dengan lembaga terkait untuk mengelola pembayaran dan pajak untuk transaksi komersial dan periklanan di Vietnam. Jika Facebook tidak mengambil langkah positif, regulator Vietnam akan menerapkan langkah-langkah ekonomi dan teknis yang diperlukan untuk memastikan lingkungan jaringan yang bersih dan sehat, kata ABEI.

Totobet HK

By gacor88