2 Desember 2022
TOKYO – Pembelian hingga 500 rudal jelajah Tomahawk buatan AS pada tahun fiskal 2027 sedang dipertimbangkan oleh Kementerian Pertahanan karena berupaya mempercepat persiapan untuk memiliki kemampuan serangan balik, kata sumber.
Perdana Menteri Fumio Kishida mengonfirmasi rencana untuk memajukan negosiasi pembelian selama pertemuan puncak dengan Presiden AS Joe Biden pada 13 November, menurut berbagai sumber pemerintah AS dan Jepang.
Partai Demokrat Liberal dan mitra koalisinya yang berkuasa, Komeito, pada prinsipnya sepakat untuk memiliki kemampuan serangan balik yang dapat menghancurkan lokasi peluncuran rudal musuh dan target lainnya untuk tujuan pertahanan diri.
Mereka sedang menyelesaikan Strategi Keamanan Nasional yang akan direvisi pada akhir tahun ini, yang diharapkan dapat secara jelas mendefinisikan kepemilikan senjata seperti rudal tersebut.
Salah satu cara nyata untuk melakukan serangan balik adalah rudal permukaan-ke-kapal Tipe 12 milik Pasukan Bela Diri Darat, yang akan ditingkatkan agar memiliki jangkauan yang lebih jauh. Rudal yang ditingkatkan kemungkinan tidak akan dikerahkan hingga tahun fiskal 2026 atau setelahnya.
Mengingat faktor-faktor seperti kemajuan pesat Korea Utara dalam teknologi peluncuran rudal, Jepang memperkirakan negara tersebut perlu memiliki hingga 500 rudal Tomahawk. Jumlahnya tentu saja dapat bervariasi tergantung pada kapasitas produksi AS dan masalah lainnya.
Selama pertemuan puncak Jepang-AS di Phnom Penh pada tanggal 13 November, Kishida memasukkan masalah Tomahawk ke dalam agenda dan menyatakan kepada Biden tekadnya untuk secara drastis memperkuat kemampuan pertahanan, kata sumber tersebut.
Biden menyatakan pengakuannya bahwa Jepang adalah pembeli peralatan pertahanan prioritas tinggi, dan menggarisbawahi niatnya untuk secara bertahap melanjutkan prosedur di Amerika agar penjualan dapat dilanjutkan.
Amerika Serikat telah sangat membatasi penjualan rudal Tomahawk, yang telah membuktikan efektivitas tempurnya dalam beberapa pertempuran sejak militer AS mengerahkannya dalam Perang Teluk tahun 1991.
Menurut Departemen Pertahanan AS, Inggris membeli 65 rudal Tomahawk pada tahun 2014 seharga $140 juta.
Dengan dibuatnya kerangka kerja AUKUS untuk kerja sama keamanan antara Australia, Inggris, dan Amerika Serikat pada September tahun lalu, Washington berjanji juga akan menjual rudal tersebut ke Canberra.
Rudal Tomahawk merupakan rudal jelajah berpemandu presisi andalan militer AS. Dengan jangkauan lebih dari 1.250 kilometer, ia mampu menentukan target dengan tepat menggunakan data lokasi GPS.