15 Juli 2019
Mengapa Anda selalu mengekspor sampah Anda ke negara saya.
Meningkatnya impor sampah ke kota-kota di Jawa Timur telah mendorong seorang remaja menulis surat kepada Presiden AS Donald Trump untuk memprotes masuknya sampah tersebut.
Aeshnina Azzahra, 12 tahun dari Gresik, Jawa Timur, menulis bahwa sungai di lingkungannya “sangat kotor dan bau” karena banyak pabrik yang sembarangan membuang limbahnya ke tanah dan air.
Dia mengatakan dia harus menulis surat kepada Trump karena Amerika adalah salah satu eksportir sampah terbesar ke Indonesia.
“Kenapa kamu selalu mengekspor sampahmu ke negaraku? Mengapa kamu tidak mengurus sampahmu sendiri,” tulisnya dalam suratnya.
Aeshnina pun turut serta dalam protes yang digelar aktivis lingkungan hidup di depan Konsulat Jenderal AS di Surabaya, Jawa Timur, pada Jumat.
Dia mengatakan, limbah Amerika juga mencemari lautan Indonesia dan dikonsumsi oleh hewan laut. Aeshnina mengungkapkan rasa dukanya terhadap lingkungannya dan berharap suatu hari nanti lingkungannya akan bersih kembali.
Surat dari Aeshnina Azzahra, 12, dari Gresik, Jawa Timur, kepada Presiden AS Donald Trump, mengungkapkan kehancurannya atas sampah yang membanjiri lingkungannya. (Atas izin Bracsip/-)
Koalisi Sungai Brantas (Bracsip), kelompok yang berunjuk rasa di depan kantor KJRI, menyampaikan surat Aeshnina beserta keterangannya sendiri.
Koordinator Bracsip Prigi Arisandi mengatakan kelompok tersebut mendorong warga Jawa Timur untuk berbicara tentang bagaimana sampah impor telah memperburuk lingkungan mereka.
Menurut Bracsip, AS mengekspor 150.186 ton kertas bekas ke Indonesia pada tahun 2018, enam kali lipat jumlah yang dikirimkan pada tahun sebelumnya. Mereka menduga besarnya peningkatan impor limbah disebabkan oleh rendahnya harga yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan Indonesia dibandingkan dengan negara lain.
Baca juga: Indonesia mengirimkan lebih banyak limbah beracun, sampah kembali ke Amerika, Eropa, Australia
Jawa Timur sendiri dikenal sebagai pusat produsen kertas dan karton, dimana warga di beberapa kota di Surabaya, Gresik dan Mojokerto bekerja sebagai pemilah sampah untuk perusahaan tersebut.
Namun lingkungan di Jawa Timur yang menerima sampah tersebut tidak memiliki sistem pengolahan sampah yang baik.
Untuk mengakhiri krisis ini, pemerintah telah menutup pelabuhan di Surabaya dan Batam, Kepulauan Riau, untuk menghentikan kontainer berisi sampah plastik dan kertas yang tidak disortir dan bercampur dengan bahan beracun dan berbahaya seperti sampah elektronik.
Pada hari Selasa, Kantor Bea dan Cukai di Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya mengumumkan akan mengembalikan delapan kontainer limbah kertas dari Australia setelah ditemukan terkontaminasi bahan berbahaya.
Baca juga: Setelah plastik, kini Indonesia juga mengembalikan limbah kertas yang terkontaminasi ke Australia
Prigi mengatakan kantornya telah mengirim surat ke Kedutaan Besar AS pada bulan Maret, namun belum menerima tanggapan.
“Saat ini, Presiden (Indonesia) harus mengirimkan pemberitahuan ke (kedutaan besar AS),” kata Prigi. “Indonesia tidak menerima sampah rumah tangga; kami hanya mengambil limbah kertas karena bisa menjadi sumber perekonomian bagi pabrik-pabrik di sini.”