29 November 2022
JAKARTA – Ucapan selamat yang sebesar-besarnya kepada Anwar Ibrahim atas pengangkatannya sebagai Perdana Menteri setelah pemilu yang paling diperebutkan dalam sejarah Malaysia. Parlemen yang digantung sejak pemilihan umum ke-15 pada 19 November membuat Raja Al-Sultan Abdullah Sultan Ahmad Shah mengambil keputusan akhir. Pada hari Jumat, dia memberi Anwar mandat untuk membentuk pemerintahan.
Itu tidak mungkin terjadi pada pria yang lebih baik.
Anwar telah menjadi calon perdana menteri selama lebih dari dua dekade. Dia adalah wakil perdana menteri pada tahun 1990-an, namun keadaan menjadi berantakan dan dia dicopot dari jabatannya oleh perdana menteri saat itu Mahathir Mohamad, yang juga merupakan mentor politiknya. Sejak saat itu keadaan berubah dari buruk menjadi lebih buruk dan dia diadili dan dipenjarakan atas tuduhan konyol.
Setelah dipenjara, ia kembali ke dunia politik untuk mendirikan Partai Keadilan Rakyat (PKR). Partai politik tersebut memenangkan pemilu pada tahun 2018, tetapi kemudian kalah dalam perebutan jabatan perdana menteri, dari Mahathir. Partainya menjadi oposisi sejak saat itu. Kini dia akhirnya mendapat kesempatan memimpin Malaysia.
Kami menantikan hubungan khusus baru dengan Malaysia di bawah Perdana Menteri Anwar. Dia punya titik lemah terhadap Indonesia. Ia meluncurkan kampanye pro-demokrasi di Malaysia pada tahun 1998, terinspirasi oleh keberhasilan gerakan di Indonesia yang memaksa Suharto turun dari kekuasaan. Dia bahkan menggunakan istilah Indonesia “reformasi” untuk gerakannya yang mencoba menggulingkan Mahathir.
Ketika Anwar kehilangan akses terhadap media Malaysia yang dikontrol ketat pada tahun 2000an, ia sering terbang ke Jakarta untuk mengadakan konferensi pers, di mana ia menemukan khalayak yang lebih reseptif untuk mengkritik pemerintah Malaysia. Media Indonesia sepatutnya memberitakan pernyataannya.
Di bawah Anwar, hubungan kita harus berkembang melampaui warisan Melayu bersama, berdasarkan nilai-nilai demokrasi, kebebasan, hak asasi manusia, dan martabat kita bersama. Ikatan yang didasarkan pada nilai-nilai universal ini seharusnya menjadi pertanda baik bagi seluruh kawasan Asia Tenggara.
Sebagai perdana menteri, Anwar akhirnya dapat menjalankan program-program yang dibicarakannya ketika ia meluncurkan gerakan reformasi pada tahun 1998 untuk mengubah Malaysia menjadi masyarakat yang lebih terbuka, demokratis, setara dan adil.
Debutnya sebagai perdana menteri terjadi pada saat yang sangat sulit. Seperti semua negara di dunia, Malaysia menghadapi tantangan ekonomi yang besar di era pascapandemi COVID-19 ini, mulai dari krisis pangan dan energi hingga kini ancaman babak baru resesi ekonomi global.
Penyatuan Malaysia akan menjadi prioritasnya setelah pemilu ini memecah belah negara tersebut berdasarkan partai, etnis, agama, dan wilayah. Tiga koalisi besar bersaing memperebutkan kursi dan hak membentuk pemerintahan. Parlemen yang digantung merupakan konsekuensi dari sistem politik demokratis multipartai. Koalisi Anwar dan oposisi di parlemen harus menghormati kemauan rakyat.
Malaysia perlu membiasakan diri dengan seringnya pergantian pemerintahan melalui pemilihan umum yang demokratis. Lewatlah sudah masa-masa ketika satu partai, atau satu individu, dapat memerintah suatu negara untuk jangka waktu yang lama, bahkan puluhan tahun.
Memerintah Malaysia tidak akan mudah. Fakta bahwa pemerintahan Anwar didasarkan pada perintah raja dan bukan atas kemauan rakyat membuat pemerintahan koalisinya semakin rentan. Pengalamannya selama bertahun-tahun di dunia politik, termasuk di pemerintahan pada tahun 1990an dan cobaan berat karena teraniaya secara politik, seharusnya menjadikannya pemimpin yang lebih bijaksana. Dia bisa menjadi orang yang tepat di waktu yang tepat untuk Malaysia.
Semoga Dato’ Anwar sukses memimpin Malaysia. Tuhan tahu dia akan membutuhkannya.