27 April 2023
JAKARTA – Dengan kembalinya pabrik percetakan piringan hitam di Indonesia setelah hampir 50 tahun absen, PHR Pressing siap untuk melanjutkan produksi vinyl dalam negeri di tanah air dengan pabrik percetakan baru di Cengkareng, Jakarta Barat. Sebuah usaha patungan antara toko rekaman PHR dan label musik independen Elevation Records, pabrik baru ini akan mencetak rekor pertamanya pada bulan Juni.
“PHR Pressing akan memiliki kapasitas produksi sekitar 30.000 rekaman per bulan, angka yang logis mengingat permintaan piringan hitam baik secara global maupun domestik,” kata PHR Pressing dalam siaran pers.
Selama dekade terakhir, piringan hitam telah kembali secara ajaib dengan penjualan global yang terus tumbuh. Pada bulan Januari, Asosiasi Hiburan dan Ritel (ERA) melaporkan bahwa pada tahun 2022 penjualan piringan hitam Inggris akan mengungguli nilai compact disc (CD) untuk pertama kalinya sejak 1987.
Di Amerika Serikat, Asosiasi Industri Rekaman Amerika (RIAA) melaporkan hal yang sama, dengan piringan hitam terjual 41 juta unit pada tahun 2022, lebih dari 33 juta CD. Kebangkitan vinil ini sebagian dapat dikaitkan dengan acara tahunan Record Store Day, yang berasal dari AS dan sejak itu menyebar ke seluruh dunia.
Di Indonesia, acara Record Store Day diadakan setiap tahun sejak tahun 2012, dengan berbagai musisi lokal berpartisipasi dalam perayaan tersebut melalui rilisan edisi terbatas dan penampilan live. Sementara artis Indonesia telah merilis album dalam bentuk vinyl sebelumnya, semuanya ditekan di luar negeri, sebuah tren yang ingin diubah oleh PHR Pressing.
“Kami ingin PHR Pressing dapat melayani kebutuhan produksi vinyl dalam negeri dengan harga yang terjangkau dan waktu produksi yang relatif cepat,” ujar PHR Pressing, Minggu. “Mengingat sedikit pendapatan dari royalti streaming, ini adalah faktor penting dalam memastikan bahwa label dan musisi dapat merilis musik mereka secara menguntungkan dalam bentuk vinil.”
Sementara penjualan piringan hitam terus mendapatkan momentum, infrastruktur yang diperlukan tidak selalu dilengkapi dengan baik untuk menangani peningkatan permintaan. Pada tahun 2021, perilisan album penyanyi Inggris Adele 30 dilaporkan mendorong kapasitas produksi vinil global hingga mencapai titik puncaknya, yang menyebabkan penundaan di seluruh industri bagi musisi lain yang ingin mencetak rekaman mereka.
Dengan produksi yang akan dimulai pada bulan Juni, PHR Pressing telah membuka pesanan untuk mesin cetak vinil baru.
PHR Pressing akan menjadi pabrik pengepresan vinil domestik pertama yang beroperasi sejak label rekaman milik negara Lokananta di Surakarta, Jawa Tengah, menghentikan produksi vinil pada tahun 1974.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menggagas proyek menghidupkan kembali Lokananta sebagai creative hub berbasis musik. Untuk saat ini, proyek ini difokuskan untuk membawa kualitas studio rekaman Lokananta ke tingkat Studio Abbey Road yang terkenal di Inggris di London, dengan tujuan menghidupkan kembali pabrik pengepres vinil milik label tersebut.